Nama. : Rizki Rahmawati
Kelas/Prodi : 2B/ Perbankan Syariah
NIM. : 175231069
Identitas buku :
Judul Buku : Terjamah Sunan At-Tirmidzi jilid I
Pengarang : Muhammad Isa bin Surah At-Tirmidzi
Penerjemah :
1. Drs. H. Muh. Zuhri. Dipl.TAFL
2. Drs. H. Muslich Shabir, MA
3. H. Muqaffin Muchtar, LC
4. H. Muqarrobin Misbach
Penerbit : CV. Asy Syifa'
Kota Terbit : Semarang
Tahun Terbit :1992
Ukuran : 21×15 cm
Urgensi Bersuci dalam Shalat
Bersuci merupakan salah satu syarat wajib yang dilakukan dalam beribadah kepada Allah SWT karena tanpa bersuci shalat yang kita kerjakan akan menjadi sia-sia dan tidak sah. Bersuci dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Thaharah yang secara istilah berarti menghilangkan atau membersihkan diri dari kotoran baik najis ataupun hadas. Bersuci dalam Islam haruslah menggunakan/memakai air yang suci(tidak bercampur dengan dzat lain) yang dikenal dengan Wudhu. Selain dengan air, bersuci juga dapat menggunakan media debu yang dikenal dengan Tayamum.
Bersuci tidak hanya dilakukan ketika hendak shalat melainkan bersuci dilakukan setiap seorang muslim ingin lebih dekat kepada Allah SWT. Ketika kita menghadap Allah SWT dalam keadaan suci lahir dan batin maka Allah sangat senang karena Allah sangat menyukai keindahan dan kebersihan. Sangat tidak etis jika kita akan menghadap sang pencipta dalam keadaan yang kotor dan bau sedangkan kita saja berinteraksi dan berhubungan dengan sesama manusia selalu mengedepankan aspek kebersihan. Selain itu, jika kita menjalankan shalat berjamaah dalam keadaan tidak suci maka akan menganggu jamaah yang lainnya sehingga shalat yang dikerjakan tidak khusyuk dan menjadi sia-sia.
Dengan demikian shalat tidak akan diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT jika kita tidak suci secara lahir dan batin. Keutamaan bersuci dalam shalat juga telah dijelaskan melalui hadist Rasullah SAW, yaitu :
Dari hadits diatas dapat dianalisis bahwa Rasullulah Saw telah memberitahukan kepada kaum muslimin mengenai keutamaan bersuci sebelum melaksanakan shalat. Bersuci(wudhu) disini harus meliputi membasuh telapak tangan dan sela-sela jari, berkumur, membasuh wajah, tangan hingga siku, ujung kepala, telinga, dan kaki. Selain dalam shalat, ternyata dalam sedekah pun kita harus suci juga. Yang dimaksud suci dalam bersedekah disini yakni suci secara batin, artinya menghilangkan penyakit hati kita, seperti bakhil, dengki, sombong, dan masih banyak lagi. Bersuci sebelum shalat dapat mengkoordinasikan jiwa dan pikiran seorang muslim untuk berkonsentrasi penuh dalam shalatnya. Secara sederhana wudhu merupakan bentuk pembersihan jiwa dan sebagai wujud kebersihan.
"Kebersihan sebagian dari Iman".
Itulah sedikit kata-kata yang bisa mewakili pembahasan dalam tulisan ini. Kata-kata tersebut dipakai oleh Rasullulah dalam menggambarkan kebersihan/kesucian diri. Yang dimaksud kebersihan dalam hal ini adalah kebersihan yang mencakup semuanya
Refleksi
Jadi, dari pembahasan diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa seorang muslim yang ingin menghadap dan bersujud kepada Allah SWT hendaklah menyucikan diri secara lahur dan batin supaya Ibadah yang kita lakukan di dunia ini tidak sia-sia. Dan kebersihan itu juga termasuk kedalam bentuk ibadah kepada Allah SWT sehingga saat kita bersuci hendaklah bersuci dengan sungguh-sungguh tidak sekedar membasuh anggota tubuh.
Kesan saya pada buku terjamah Sunan at-tirmidzi sangatlah lengkap dan detail. Dalam buku ini membahas semua hal tentang bersuci yang meliputi keutamaan, larangan, dan tatacara bersuci. Selain membahas tentang bersuci dalam buku ini juga membahas mengenai shalat dan zakat. Ternyata, buku ini sangatlah sulit dipahami kata-katanya. Dalam hal pencarian buku ini pun saya harus bersusah payah terlebih dahulu untuk mendapatkan. Saya harus naik turun tangga hingga beberapa kali. Pencarian kitab aslinya pun sangatlah susah, karena ada begitu banyak rak dan kitab yang berbeda. Dan saya juga kurang menguasai dalam hal tulisan dan bahasa arab sehingga saya sulit mencari kitab aslinya. Tapi saya tidak mudah menyerah, saya terus berusaha dan akhirnya mendapatkannya setelah beberapa jam bergelut dengan debu-debu dan usangnya kitab aslinya.
Biografi Pengarang
Sunan At-Thirmidzi merupakan seorang ulama hadits yang lahir di sebuah kota kuno di pinggir sungai Jihun yaitu Tirmiz, Uzbekistan pada 209 H. Nama lengkap Sunan At-Thirmidzi adalah Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Dahhat as-Sulami al-Bughi. Beliau dikenal dengan sebutan Abu Isa. Tetapi, sebutan tersebut tidak disetujui oleh para ulama karena mereka berpendapat bahwa Nabi Isa tidak memiliki bapak. Kakek Sunan At-Thirmidzi adalah seorang yang berkebangsaan Marwaz yang kemudian mulai menetap di Tirmiz.
Sejak usia dini, Sunan At-Thirmidzi sudah memiliki kegemaran dalam mempelajari serta mengkaji disiplin ilmu keislaman, baik fiqih maupun hadist. Dalam rangka tersebut, Sunan At-Thirmidzi memutuskan untuk mengembara ke Khurasan, Irak, dan Hijaz.
Imam At-Thirmidzi adalah figur yang cerdas, cekatan, hafalannya kuat, zuhud, teliti, dapat dipercaya, amanah, dan rendah hati. Beliau senantiasa meneteskan air mata sehingga kedua matanya memutih yang berakibat beliau mengalami kebutaan. Kebutaan tersebut terjadi saat menjelang akhir hayatnya.
Karya-karya Sunan At-Thirmidzi semasa hidupnya adalah Kitab Al-Jami', Kitab Al-'Ilal, Kitab At-Tarikh, Kitab Asy-Syama'il an Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd, Kitab Al-Asma' wal Kuna. Beliau wafat di daerah Tirmiz pada malam senin, 13 Rajab 279 H(8 Oktober 892) pada usia 70 tahun dan dimakamkan di Uzbekistan.