Nama : Rizki Rahmwati
NIM ;175231069
Kelas : 2B_Perbankan Syariah
NIM ;175231069
Kelas : 2B_Perbankan Syariah
Kesan Makan di Kimchi Korean Restaurant
Tugas untuk mengunjungi sebuah restoran Asia ini menjadi tugas akhir saya sebagai pengganti Ujian Akhir Semester (UAS). Saat perkuliahan saya diperintahkan memilih salah satu kertas yang telah dibuat oleh dosen saya. setelah mengambil satu kertas tersebut saya mendapatkan bagian untuk mencoba merasakan dan mencicipi makanan di restoran kimchi. Tugas ini saya disuruh untuk menuliskan kesan dan pandangan saya selama makan di restoran yang telah saya pilih tersebut.
Sebelum pergi saya telah jauh-jauh hari mencari sebuah Restoran Kimchi yang ada di daerah Surakarta. Saya menemukan satu restoran yang berada di Jl. Veteran No.190, Kratonan, Serengan, Kota Surakarta. Saya mengetahui di mana posisi restoran tersebut pada saat saya melaksanakan tugas Dasar-Dasar Bank Syariah untuk melakukan observasi di Bank BRI Syariah. Restoran ini tepatnya berada di timur patung bunderan Tipes.
Kimchi Korean Restaurant merupakan salah satu restoran yang menyajikan beragam menu ala-ala Korea seperti Kimchi Jjigae, Kimchi Udon, Korean Fried Chicken, Jajangmyeon, Samyang Bokki, Bulgogi, Tteokbokki, dan masih banyak lagi. Selain makanan di sana juga menyajikan makanan, restoran ini juga menyajikan beberapa dessert ala Korea seperti, Patbingsu, Ice Gwangju, Dan Ice Myeong Dong. Minuman yang disediakan di restoran ini terdiri dari Spirit, Coca Cola, Chocolate Milkshake, Cappuccino Milkshake, Ice Tea, Lemon Tea, dan lain-lain. Restoran ini menyediakan makanan dengan porsi personal sampai untuk porsi rame-rame. Kimchi Korean Restaurant buka pada pukul 11:00 WIB dan tutup pada pukul 23:00 WIB.
Walaupun restoran ini menyediakan makanan-makanan Korea yang notabene makanannya kebanyakan menggunakan daging babi. Karena rata-rata makanan dan minuman korea memang menggunakan bahan yang menurut di dalam agama islam sangat mengharamkannya. Akan tetapi di Kimchi Korean Restaurant ini kehalalannya sudah terjamin sehingga saya pun tidak merasa khawatir tentang kehalalannya.
Saya sendiri merasa senang bisa mendapatkan tugas akhir ini seperti ini. Dengan tugas ini saya akhirnya bisa refreshing sejenak dari tugas-tugas kuliah yang sangat menumpuk. Selain itu hal lain yang membuat saya merasa sangat senang adalah saya akhirnya bisa mencicipi makanan ala-ala Korea secara langsung. Selama ini saya hanya bisa memandang dan melihat makanan-makanan tersebut dari drama-drama korea yang pernah saya tonton. Akan tetapi dalam kesenangan tersebut saya juga merasa sedikit sedih dalam hal finansial saya, karena pasalnya restoran-restoran Asia yang akan saya kunjungi memiliki daftar menu-menu yang yang lumayan mahal bagi seorang mahasiswa yang tinggal di kost seperti saya. Saya sudah berpikiran bahwa saat sekali makan di restoran tersebut akan menghabiskan uang paling sedikitnya lima puluh ribu rupiah. Padahal dengan uang lima puluh ribu tersebut dapat saya gunakan untuk makan selama lima hari. Tetapi saya tidak patah semangat. Untuk mengatasi hal finansial tersebut maka saya menabung setiap harinya.
Pada hari Rabu, 2 Mei 2018 pukul 11:30 WIB saya pergi ke Kimchi Korean Restaurant. Saya pergi ke Kimchi Korean Restaurant setelah mengikuti perkuliahan Akhlak dan Tasawuf. Saya pergi bersama anggota kelompok saya, yaitu Hafilda khorunnisa, dan Reny Sulistyowati. Walaupun sudah pernah melewati restoran itu sebelumnya, tetapi saya sudah sedikit lupa jalan mana yang harus dilewati. Akhirnya saya memutuskan untuk bertanya kepada beberapa orang yang ada di pinggir jalan. Saya bertanya letak Kimchi Korean Restaurant yang berada di Jalan Veteran. Kemudian bapak-bapak tersebut mengatakan bahwa saya telah salah jalan. Yang seharusnya setelah lampu merah saya belok, tetapi saya malah mengambil jalan yang lurus. Akhirnya saya pun harus putar balik ke tempat semula.
Akhirnya saya pun tiba di depan restoran kimchi yang saya maksud. Setelah tiba di restoran kimchi, saya dan kawan-kawan memutuskan untuk masuk ke dalam. Sebelum masuk ke dalam restoran tersebut saya terlebih dahulu memarkirkan motor di depan restoran tersebut. Pada saat akan masuk pun saya harus berdebat dahulu dengan kawan-kawan mengenai siapa yang pertama akan masuk. Akhirnya saya pun mengalah untuk masuk pertama ke dalam restoran. Saya cukup terkejut dengan banyaknya orang yang makan siang di restoran ini. Sebelumnya saya mengira bahwa restoran ini sangat sepi, karena restoran ini notabene merupakan restoran yang menyediakan makanan-makanan yang berasal dari Negeri Gingseng yaitu Korea Selatan. Dan biasanya rasa dari makanan yang berasal dari luar negeri kurang diminati oleh lidah masyarakat Jawa sendiri. Saya sendiri pun meragukan rasa makanan yang berada di Kimchi Korean Restaurant. Mungkin hal itu disebabkan karena masuknya budaya korea yang telah banyak mempengaruhi masyarkat di Indonesia.
Saya pun akhirnya memilih tempat duduk yang kosong. Setelah sesampainya di tempat duduk yang kosong, pelayan atau bahasa kerennya waiters menghampiri tempat duduk saya untuk menyerahkan daftar menu-menu yang ada di dalam Kimchi Korean Restaurant. Kemudian saya pun memilih-milih menu-menu yang akan saya pesan. Ketika saya memilih menu-menu yang ada, saya membutuhkan waktu beberapa menit untuk memilih makanan yang saya sukai. Ketika saya membuka menu-menu yang ada di daftar menu semuanya tidak menarik perhatian hati saya. Saya hanya membolak-baliknya daftar menunya saja. Setelah sekian lama memilih akhirnya saya memutuskan memanggil pelayanan untuk memesan makanan yang akan saya pesan. Sebelum memanggil pelayan, saya dan kawan-kawan sempat berdebat untuk yang kedua kalinya mengenai siapa yang akan mengacungkan tangan untuk memanggil pelayannya. Akhirnya untuk yang kedua kalinya, saya lebih memilih mengalah daripada terus terlibat perdbatan yang tidak berguna.
Kemudian pelayan pun menghampiri saya untuk menulis pesanan saya. Pesanan yang pertama kali saya pesan adalah Jajangmyoen. Jajangmyoen merupakan jenis mie dengan saus pasta kacang kedelai hitam. Akan tetapi ketika saya memesan makanan tersebut, pelayan mengatakan bahwa makanan tersebut belum tersedia. Saya pun sedikit kecewa akan hal tersebut. Yang saya tahu jika restoran-restoran seperti ini telah menyiapkan menu dengan lengkap dan tidak ada kata-kata yang terlontar seperti “maaf, makanan ini belum tersedia”. Karena pesanan saya belum tersedia saya pun memesan lagi yaitu Kimchi Jjigae. Kimchi jjigae adalah makanan Korea berupa sup pedas yang direbus di dalam panci bersama kimchi dan air cabai dari kimchi. Sup ini berisi sayuran sawi putih, daun bawang, tahu, dan makanan laut atau daging. Ketika memesan kimchi jenis ini pelayanan mengatakan bahwa Kimchi Jjigae ini porsinya hanya kecil sehingga pelayanan tersebut menyarankan saya untuk memakai nasi. Saya pun akhirnya berganti pesanan lagi. Hal itu dikarenakan jika saya menambah nasi maka uang yang harus saya keluarkan semakin banyak. Saya pun akhirnya memesan kimchi jenis lainnya yaitu Kimchi Udon. Ketika saya mengatakan ingin memesan Kimchi Udon, pelayan tersebut mengatakan bahwa Kimchi Udon adalah kimchi yang tingkat keasamannya tinggi. Akhirnya saya pun membatalkan pesanan tersebut. Untuk yang terakhir kalinya saya memesan Dolsot Saewoo Bap atau sering disebut dengan Bibimbap. Dolsot Saewoo Bap merupakan makanan yang terdiri dari nasi bakar dengan telur setengah matang, jamur, sayuran, irisan bawang Bombay dan udang dimana cara penyajiannya diletakkan di dalam sebuah mangkok batu yang panas. Satu porsi Dolsot Saewoo Bap dihargai sebesar Rp35.000. Setelah memesan makanan, saya pun memesan minuman. Saya cukup terkejut dengan harga minuman yang ada di daftar menu. Es teh yang biasanya seharga paling tidak Rp2.500 di sana ternyata harganya Rp8.000. Di Mall pun biasanya hanya seharga Rp4.000. Akhirnya saya pun memesan Chocolate Milkshake dengan harga Rp15.000.
Sembari menunggu pelayan menghantarkan makanan yang saya pesan, saya mengamati suasana yang ada di dalam Kimchi Korean Restaurant. Pertama kali saya melihat restoran ini dari luar nampak bangunannya tidak terlalu besar, tetapi setelah masuk ke dalam tempatnya pun tergolong luas dengan desain interior yang sangat elit dan cahaya lampu yang lumayan tidak terlalu terang. Restoran ini terdiri dari lantai satu dan lantai dua. Selain luas, fasilitas yang disediakan Kimchi Korean Restaurant sangat lengkap seperti AC, WIFI, kamar mandi, televisi yang cukup besar, sofa-sofa yang empuk, dan masih banyak lagi. Dengan semua fasilitas yang disediakan tersebut membuat para pelanggan pun nyaman untuk berkunjung dan berlama-lama di dalam Restoran ini. Selain itu, Restoran ini. Para pelayannya pun sangat ramah-ramah. Kimchi Korean Restaurant ini juga menghadirkan suasana Korea dengan memutar lagu-lagu Korea dari boyband dan girlband papan atas Korea, seperti EXO yang cukup familiar di telinga saya. Saya sendiri memang suka dengan hal-hal yang berbau k-pop dan drama korea.
Ketika saya melihat ke sekeliling restoran, ternyata kebanyakan yang mampir dan menikmati masakan korea di sini berasal dari golongan menengah ke atas. Penikmat masakan korea di sini terdiri atas pelajar atau mahasiswa, keluarga muda, dan orang-orang yang bekerja di kantor. Yang saya heran pada saat saya makan di sini ada beberapa orang siswa tingkat SMA yang sedang makan siang. Saya bertanya-tanya pada diri saya sendiri tentang berapakah jumlah uang saku mereka dalam satu harinya. Wajarlah saya berpikiran seperti itu. Karena saya sendiri yang notabene sudah menjadi seorang mahasiswa, untuk pergi dan makan-makan di restoran korea ini harus menabung terlebih dahulu. Dengan berpikiran seperti itu saya malah menjadi iri dengan mereka yang setiap saat bisa makan-makan di sebuah restoran yang cukup berkelas.
Setelah menunggu beberapa lama, makanan dan minuman pesanan saya akhirnya diantar juga oleh pelayan. Pertama kali saya melihat wujud atau bentuk dari Dolsot Saewoo Bap ini sangat menggugah hati saya untuk segera memakannya. Karena Dolsot ini bentuk sangat menarik di mata. Yang paling menarik hati saya adalah adanya dua udang crispy yang cukup besar di atasnya.
Selain itu saya juga mendapat tiga porsi kecil side dish yaitu Kimchi, Mayonnaise Macaroni, dan beberapa irisan kecil tahu goreng. Sebelum saya mencicipi makanan yang saya pesan. Saya terlebih dulu mencicipi ketiga side dish tersebut. Setahu saya, kimchi adalah makanan khas Korean yang berasal dari sawi putih yang telah difermentasi selama beberapa hari. Pada saat saya menonton orang-orang korea yang ada di drama-drama, kelihatnnya kimchi ini sangatlah enak. Ketika hendak memasukkan suapan pertama, aromanya terasa amat khas dan menusuk di hidung saya. Setelah mencicipinya, menurut saya rasa dari kimchi ini sangat-sangatlah tidak sesuai ekspektasi atau bayangan saya sebelumnya. Rasa dari kimchi ini sangat tidak enak di lidah saya. Rasanya sangatlah asam. Menurut saya kadar keasamannya di luar batas toleransi saya. Bagi saya, kimchi ini tidak memiliki rasa lain selain rasa asam khas fermentasi yang sangat kuat. Sebelum saya mencobanya, makanan ini terlihat enak dan menggiurkan di mulut saya, apalagi dengan warnanya merah merona. Pada saat itu rasanya saya ingin muntah setelah makan kimchi tersebut. Rasa asamnya pun tidak langsung hilang di lidah saya. sehingga saya pun langsung minum chocolate milkshake pesanan saya untuk menghilangkannya. Sejak saat itu saya memutuskan untuk tidak lagi mencicipi kimchi lagi.
Setelah mencicipi kimchi saya pun juga mencicipi irisan tahu dengan sedikit cabai. Pertama kali melihatnya pun saya terkejut kenapa di restoran korea seperti ini ada masakan Indonesianya. Menurutku rasanya sangatlah enak. Rasa dan penampilannya seperti masakan Indonesia, oseng-oseng tahu. Rasanya di lidah itu manis, gurih, tetapi tidak pedas. Setelah merasa cukup mencicipi kedua side dish tersebut, saya kemudian mencicipi mayonnaise macaroni. Rasanya cukup bersahabat dengan lidah saya. Rasanya sedikit asam, tetapi menurut saya masih di batas yang normal kadar keasamnnya tidak seperti kimchi.
Setelah selesai mencoba ketiga side dish tersebut, saya langsung mencicipi Dolsot Saewoo Bap pesanan saya. setelah makan Bibimbap rasanya kayak makan nasi, telur setengah mateng, udang dan jamur, terus dicampur campur jadi satu. Tapi setidaknya makanan ini rasanya bisa diterima "banget" untuk lidah orang Indonesia seperti saya. Bibimbap ini pertama kali rasanya sangat enak di lidah. Tetapi setelah mulai mendingin rasa tidak terlalu enak di lidah. Rasanya seperti eneg di perut saya. Mungkin karena saya sudah terlalu kekenyangan, karena satu porsi bibimbap ini menurut saya terlalu banyak untuk saya. Menurut saya satu porsi bibimbap ini bagi saya cocok untuk porsi dua orang. Akhirnya karena perut saya tidak bisa menampung lagi, bibimbap saya tidak saya habiskan. Setelah menyelesaikan semua yang saya pesan, saya pun bergegas untuk kembali lagi ke kampus.