Senin, 13 November 2017

narasi tentang masjid tiban wonokerso

Judul               : Masjid Kuno di Wonokerso
Nama               : Rizki Rahmawati
Kelas/Prodi     : 1 B/Perbankan Syariah
NIM                : 175231069
PENDAHULUAN
            Masjid merupakan tempat yang utama dan paling penting bagi umat islam untuk melakukan kewajiban mereka sebagai hamba Allah SWT yaitu beribadah kepada Allah SWT. Selain sebagai tempat peribadatan umat muslim, masjid juga berfungsi sebagai tempat untuk menjalin ukhuwah islamiyah, dan juga bisa sebagai tempat pendidikan. Semua hal yang bernilai positif dan menimbulkan manfaat bagi umat islam dapat dilakukan di masjid. Baik itu urusan akhirat maupun urusan duniawi seperti musyawarah kegiatan Idul Fitri atau Idul Adha’.
            Salah satu masjid di Indonesia yang memiliki keunikan bentuk dan arsitekturnya adalah masjid Tiban Wonokerso. Masjid Tiban Wonokerso adalah masjid tua peninggalan dari Walisongo. Pada saat saya melakukan wawancara dengan Bapak Dayan saya melihat bahwa Masjid Tiban Wonokerso dibangun dengan sangat sederhana. Masjid Tiban Wonokerso yang terletak di kabupaten Wonogiri ini memiliki beberapa keunikan dari bentuk maupun ukurannya, seperti bentuk keempat saka guru yang berbeda-beda. Walaupun masjid ini sangat tua tetapi sampai saat ini masih digunakan sebagai kegiatan beribadah oleh warga desa setempat. Warga desa di sekitar masjid Tiban Wonokerso masih menjaga kemakmuran masjid ini dengan menjadikannya sebagai pusat peribadatan masyarakat sekitar. Mereka saat ini masih merawat dan menjaga kebersihan masjid Tiban Wonokerso.
            Masjid Tiban Wonokerso adalah sebuah bangunan yang bersejarah bagi umat islam daerah Baturetno dan sekitarnya. Tetapi masih banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan dan sejarah dari masjid Tiban Wonokerso. Hanya orang-orang yang terdekat dengan wilayah masjid saja yang mengenalnya. Penyebab ketidaktahuan masyarakat tentang Masjid Tiban Wonokerso mungkin karena kurangnya informasi dari masjid Tiban itu sendiri.
PEMBAHASAN
A.    Pengenalan Masjid
            Masjid Tiban Wonokerso adalah salah satu masjid tertua di kabupaten Wonogiri. Masjid Tiban Wonokerso terletak di dusun Wonokerso RT 001/RW 005, desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno. Saat ini Masjid Tiban Wonokerso diperkirakan sudah berumur 700 tahun. Konon, Masjid Tiban Wonokerso ini pembuatannya lebih dahulu daripada Masjid Demak Bintoro. Walaupun begitu saat ini masjid Tiban Wonokerso sudah dilengkapi dengan fasilitas yang cukup baik. Di dalam masjid sudah dilengkapi dengan satu buah lemari yang berisi beberapa mukena dan beberapa al-quran, beberapa buah lampu sebagai penerangannya, enam buah kipas angin, satu buah mikrofon, satu buah pengeras suara, serta kamar mandi dan tempat wudhu bagi laki-laki dan perempuan. Masjid Tiban Wonokerso dipercaya sebagai pusat penyebaran islam di daerah Wonogiri dan sekitarnya.
B.     Asal-usul Nama Masjid Tiban Wonokerso
            Asal-usul dari pemberian nama Masjid Tiban Wonokerso dikarenakan warga kampung sendiri tidak mengetahui siapa yang membangun. Masjid ini, sudah ada sebelum mereka menetap atau membangun rumah di sini. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa masjid ini diberi nama Masjid Tiban (tiba-tiba ada). Sedangkan Wonokerso sendiri di ambil dari nama dusun tempat masjid ini berdiri. Tetapi, sebenarnya Masjid Tiban Wonokerso dahulu ada yang membangun. Masjid Tiban Wonokerso dibangun oleh para Walisongo.
C.    Sejarah Masjid Tiban Wonokerso
            Sejarah pendirian masjid Tiban Wonokerso berawal pada saat pembangunan Masjid Demak para Walisongo seperti Sunan Ampel, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati bermusyawarah tentang perencanaan mencari kayu jati pilihan untuk bahan baku dari Masjid Demak. Para Walisongo tersebut menghendaki kayu jati yang sangat tinggi, kuat, dan berdiameter cukup besar. Kemudian, para Walisongo tersebut menunjuk dan mempercayakan Sunan Kalijaga untuk mencari kayu jati yang dikehendaki mereka. Setelah mendapat amanah tersebut Sunan Kalijaga bersama beberapa Walisongo dan para santrinya pergi untuk mencari kayu jati pilihan tersebut ke daerah sekitar kerajaan Demak tetapi mereka tidak menemukannya lalu mereka pergi ke arah Wonogiri bagian selatan dan meninggalkan Demak. Mereka pergi ke tengah hutan untuk mencari kayu jati tersebut. Setelah sekian lama mereka mencari kayu jati pilihan, mereka tidak menemukan kayu jati yang disebutkan tersebut. Kemudian, Sunan Kalijaga yang didampingi beberapa walisongo lainnya dan para santrinya mulai putus asa dan mereka memutuskan untuk beristirahat di tengah hutan dan mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah bangunan (Masjid Tiban Wonokerso). Bangunan tersebut digunakan untuk tempat belajar dan mengajarkan agama kepada para santrinya, sebagai tempat ibadah serta tempat singgah sementara bagi mereka. Konon Masjid ini didirikan pada tahun 1479 M dan selesai pada tahun 1501 M.
            Sunan Kalijaga mulai putus asa dalam mencari kayu jati pilihan tersebut. Kemudian, Ia berdoa kepada Allah SWT agar menemukan kayu jati tersebut. Doa tersebut dikabulkan oleh Allah SWT. Sunan Kalijaga akhirnya menemukan tempat/ hutan jati yang seperti yang dimaksud Para Walisongo tersebut. Hutan kayu jati tersebut berada di Donoloyo yang dimiliki oleh Ki Ageng Donoloyo seorang bangsawan Majapahit. Lalu, masjid ini ditinggalkan begitu saja oleh Sunan Kalijaga dan beberapa Sunan lainnya. Setelah mereka menemukan hutan jati Donoloyo tersebut, mereka langsung menemui Ki Ageng Donoloyo untuk menyampaikan maksud mereka datang. Setelah mendengar maksud kedatangan Sunan Kalijaga, Ki Ageng Donoloyo pun sangat senang akhirnya pohon jati yang sengaja Ia tanam dapat bermanfaat juga. Sunan Kalijaga akhirnya diperbolehkan untuk mengambil kayu jati yang dimaksudkan itu. Hutan jati Donoloyo itu sekarang terletak di kecamatan Slogohimo.
            Masjid Tiban Wonokerso kemdian ditemukan oleh Raden Mas Said atau lebih dikenal dengan Pangeran Samber Nyawa setelah 80 tahun ditinggalkan oleh Para Walisongo. R.M. Said adalah putra dari Pangeran Mangkunegoro. Masjid Tiban Wonokerso ini ditemukan secara tidak sengaja. Waktu itu Raden Mas Said bersama prajuritnya dikejar oleh tentara Belanda dan prajurit kasunan karena Raden Mas Said melawan Belanda dengan melakukan perang gerilya dan beliau lari ke tengah hutan tempat berdirinya Masjid ini. Kemudian Raden Mas Said bersembunyi di dalam kolong Masjid Tiban yang tertutup oleh semak-semak dan pepohonan. Tetapi Raden Mas Said belum menyadari bahwa tempatnya bersembunyi terdapat sebuah bangunan. Para Tentara Belanda dan Prajurit kasunan tersebut tidak berhasil menemukan Raden Mas Said yang bersembunyi padahal mereka telah berada di dekat persembunyian Raden Mas Said. Setelah Tentara Belanda dan prajurit kasunan tidak menemukan Raden Mas Said, mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan hutan. Raden Mas Said kemudian keluar dari persembunyiannya dan beliau baru menyadari bahwa tempat Ia bersembunyi adalah kolong Masjid Tiban. Setelah Ia melihat bahwa di tengah hutan tersebut terdapat sebuah bangunan yang semua bahan bakunya terbuat dari kayu dan mirip seperti tempat ibadah umat Islam, R.M. Said melaporkan dan menceritakan bahwa Ia pernah melihat sebuah bangunan yang berada ditengah hutan dan semuanya terbuat dari kayu ke pihak Keraton Surakarta. Mendengar penuturan dari R.M. Said pihak Keraton Surakarta membenarkan tentang hal tersebut. Dari penemuan tersebut akhirnya ditindaklanjuti oleh R.M. Said dengan mengirimkan tiga orang yang dipercayainya yaitu Anjali, Karnafi, dan Tuhuwono. Utusan tersebut diberi tugas untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan Masjid Tiban Wonokerso. Selain tugas tersebut mereka juga diperintah untuk membuka hutan disekitar Masjid Tiban serta menciptakan sebuah perkampungan. Kemudian Desa tersebut diberi nama “Wonokerso”.
D.    Keunikan Masjid Tiban Wonokerso
            Masjid Tiban Wonokerso terdapat beberapa keunikan yaitu masjid ini dibangun oleh Para Walisongo. Bangunan dari masjid ini pun masih asli dan bentuknya pun mirip dengan bangunan rumah panggung. Bentuk kubahnya pun seperti mahkota raja. Bentuk atap dari masjid Tiban Wonokerso memiliki tiga tingkatan. Antara tingkat atap yang kedua dan ketiga terdapat sebuah ventilasi udara yang juga terbuat dari kayu. Keempat saka guru yang terdapat di dalam masjid pun memiliki bentuk yang berbeda-beda dan satu saka guru tersebut mewakili satu nama dari Walisongo. Pintunya pun hanya berukuran sangat kecil, apabila mau masuk harus menundukkan badannya terlebih dahulu. Masjid Tiban ini juga dibangun tanpa paku hanya menggunakan pasak kayu jati. Di dalam Masjid pun sebelum dibangun serambi masjid hanya memiliki luas yang kecil yang dilengkapi ruang imam dan satu mimbar saja. Bentuk mimbarnya pun unik terdapat ukiran-ukiran yang sangat cantik seperi hewan naga dan masyarakat percaya bahwa ukiran tersebut memiliki makna tersendiri. Masjid Tiban dipercaya sebagai maket (miniature) dari Masjid Demak Bintoro. Selain itu Allah SWT juga memberikan keistimewaan tersendiri dibanding masjid lainnya. Masyarakat disini percaya apabila ada orang yang mengalami atau tertimpa musibah kemudian Ia berdoa di dalam Masjid ini maka doa tersebut akan dikabulkan oleh Allah SWT. Keunikan lainnya itu berhubungan dengan hal yang bersifat kegaiban. Mungkin di masjid lain bangsa jin kurang tertarik untuk beribadah tetapi pada saat di dalam masjid ini Jin yang sholeh sangat tertarik untuk beribadah walaupun ukuran masjid ini tidak besar seperti masjid-masjid modern saat ini, karena masjid ini hanya berukuran 7x7 meter persegi. Yang apabila ditonton dari luar sangat kecil dan sederhana
E.     Fungsi Masjid Tiban Wonokerso
            Walaupun Masjid Tiban Wonokerso ini termasuk Masjid yang sangat kuno, tetapi aktivitas yang terdapat di dalamnya tidak kalah dengan masjid-masjid lainnya. Masjid ini masih digunakan masyarakat untuk beribadah kepada Allah. Kegiatan atau aktivitas dari Masjid Tiban Wonokerso ini sama dengan masjid-masjid lain. Kegiatan yang ada di dalam Masjid ini antara lain :
  1. Digunakan untuk sholat wajib 5 waktu
            Masyarakat menggunakan Masjid Tiban Wonokerso untuk sholat berjamaah maupun sholat sendiri. Tetapi, masjid ini biasanya digunakan untuk sholat berjamaah ketika waktu subuh, maghrib, dan isya’, ketika waktu dhuhur dan ashar jarang ada masyarkat yang sholat berjamaah di masjid ini. Mereka memilih untuk sholat di rumah masing-masing. Walaupun ada hanya kadangkala tidak rutin setiap hari. Dan orang yang berjamaah ketika dhuhur dan ashar pun hanya dari masyarakat desa yang tinggal di samping-samping masjid. Ketika sholat berjamaah subuh hanya terdiri dari satu saf saja. Tetapi ketika sholat berjamaah sholat maghrib dan isya’ lumayan ada banyak jamaah yaitu kira-kira 2 sampai 3 saf.
  1. Digunakan untuk sholat sunnah
            Masjid Tiban Wonokerso tidak hanya digunakan untuk sholat wajib saja tetapi juga digunakan untuk sholat sunah yang lainnya seperti, Sholat Tarawih, Sholat Dhuha, Sholat Idul Fitri dan Sholat Idul Adha. Ketika digunakan untuk sholat Idul Fitri dan Idul Adha jamaahnya sampai berada di luar Masjid karena luas masjid ini tidak mampu menampung para jamaah.
  1. Digunakan untuk sholat jumat
            Pada hari Jumat masjid Tiban Wonokerso ini juga digunakan untuk sholat jumat. Jumlah jamaah sholat jumat kira-kira/kurang lebih sekitar 50 an lebih. Masjid Tiban Wonokerso ini digunakan sebagai pusat ibadah sholat jumat oleh masyarakat sekitar.
  1. Digunakan untuk TPQ
            Dulu kegiatan TPQ ini bukan berada di dalam masjid ini tetapi pada bangunan yang ada di selatan masjid ini. Tetapi, warga dusun merasa hal itu kurang afdol jadi kegiatan TPQ dipindahkan ke dalam masjid Tiban saja. Kegiatan atau aktivitas TPQ itu dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam seminggu yaitu pada hari senin, rabu, dan minggu. Yang menjadi pengajar atau pembimbing kegiatan TPQ ada dua orang, tetapi kadangkala juga ada tiga orang. Kegiatan TPQ ini kurang lebih selama satu setengah jam yaitu dimulai pada jam tiga sampai dengan jam setengah lima. Bangunan yang dahulunya di gunakan untuk kegiatan TPQ sekarang sudah menjadi tempat pendidikan bagi anak usia dini atau PAUD.
  1. Digunakan untuk Yasinan
            Masjid Tiban Wonokerso setiap malam jumat digunakan sebagai tempat yasinan bersama oleh warga desa setempat.
  1. Digunakan sebagai tempat Ikhtikaf
            Setiap bulannya masjid Tiban Wonokerso ini digunakan untuk ikhtikaf oleh beberapa orang baik dari warga setempat maupun dari warga desa lainnya. Pengunjung yang ingin berikhtikaf di dalam masjid Tiban Wonokerso harus mengisi buku tamu yang di sediakan guna untuk pendataan. Pengunjung yang ingin berikhtikaf di dalam masjid Tiban Wonokerso paling banyak pada saat bulan suci ramadhan. Mereka berikhtikaf kira-kira dari seusai sholat isya sampai menjelang subuh. Tapi kadangkala ada orang yang sampai menginap di Masjid Tiban Wonokerso tapi itu sangat jarang sekali, bisa dihitung dengan jari.
  1. Digunakan sebagai wisata religi
            Masjid Tiban Wonokerso pada tahun 2001 sudah mengajukan wacana untuk menjadikan Masjid ini sebagai Cagar Budaya. Tetapi baru setelah beberapa tahun kemudian Masjid Tiban Wonokerso dijadikan sebagai Cagar Budaya.  Wisatawan atau pengujung yang datang ke sini setiap bulannya tidak terlalu banyak, hanya pada bulan Ramadhan saja yang banyak wisatawannya. Masjid ini dibuka untuk umum, karena tujuan Masjid Tiban Wonokerso di bangun oleh Walisongo untuk digunakan oleh semua orang Islam yang beriman. Jadi semua orang bisa memasuki kawasan Masjid Tiban Wonokerso dengan syarat tidak merusak/memindahkan barang-barang yang ada didalam Masjid Tiban Wonokerso. Hanya orang yang dipercayai/ditugasi oleh masyarakat sekitar untuk menjaga Masjid Tiban yang boleh memindahkan benda-benda yang ada di dalam masjid. Tetapi khusus untuk perempuan yang sedang berhalangan dilarang untuk memasuki kawasan Masjid Tiban. Wisatawan yang mengujungi Masjid ini dari segi tujuannya dibagi menjadi dua. Yang pertama, pengunjung yang hanya ingin melihat situs sejarah Masjid Tiban ini. Yang kedua, pengunjung yang benar-benar ingin beribadah kepada Allah SWT. Entah dia mau Ikhtikaf, sholat lima waktu, atau beribadah yang lainnya.
F.     Pemugaran Masjid Tiban Wonokerso
            Masjid Tiban Wonokerso pernah mengalami renovasi pada bagian atapnya dan Saka Gurunya. Sebenarnya dahulu atap dari Masjid ini terbuat dari Sirap. Kemudian lama kelamaan Sirap tersebut rusak dan diganti dengan genting. Sirap adalah jenis atap yang terbuat dari kayu yang berbahan dasar dari kayu kelapa, aren, atau kolang-kaling. Intinya dari famili kelapa. Sedangkan Saka Guru yang diganti yaitu Saka Guru yang berada di depan sebelah kanan karena Saka Guru tersebut sudah lapuk dan berlubang sehingga pihak Cagar Budaya takut kalau Saka Guru tersebut tidak lagi bisa menahan Masjid ini. Saka guru tersebut dibuat mirip dengan aslinya. Secara garis besar, keaslian dari Masjid Tiban ini dilihat dari bahan baku dan bentuk aslinya masih 80 persen. Renovasi tersebut dilakukan oleh pihak Cagar Budaya dan Purbakala bersama masyarakat sekitar pada tahun 2002 dan menghabiskan dana kurang lebih 60 juta.
G.    Pendapat Bapak Dayan tentang Masjid Tiban Wonokerso
            Menurut  penuturan dari Bapak Dayan, secara umum Masjid Tiban Wonokerso sama saja dengan masjid-masjid yang lainnya, hanya digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Sedangkan pendapat saya secara khusus, apabila seseorang bisa memandang dengan batin atau hatinya sebenarnya Masjid ini kalau dilihat lebih dalam maka Masjid Tiban Wonokerso merupakan Masjid yang paling bersinar se- Karisidenan Surakarta.
            Masjid Wonokerso memiliki dampak yang sangatlah positif karena karohmahnya dan kabulnya doa-doa Walisongo terdahulu sampai sekarang tetap saja dikabulkan oleh Allah SWT apalagi bagi orang-orang yang Shalih. Otomatis masyarakat di sini ikut menikmati doanya, paling tidak masyarakat menjadi tentram, tenang, dan damai. Masjid Tiban ini merupakan Aset yang paling berharga bagi warga dusun Wonokerso serta umat islam lainnya. Sehingga mereka memiliki kebanggaan tersendiri. Menurut pendapat dari Bapak Dayan apabila mereka tidak bangga dan peduli akan hal ini sangat disayangkan sekali. Padahal Masjid Tiban Wonokerso dibuat langsung oleh Walisongo sendiri dan ditempatkan disini, otomatis kampung ini memiliki suatu kebanggaan tersendiri dan harus merasa senang karena tidak semua daerah memiliki keistimewaan ini
H.    Perawatan Masjid Tiban Wonokerso
            Masjid Tiban Wonokerso yang hanya terdiri dari Serambi Masjid yang dibangun pada tahun 1982 dan dibangun dengan gotong royong serta satu ruang imam. Sehingga dalam hal perawatannya tidak ada cara khusus. Cara membersihkan serambi masjid yang sudah permanen sama seperti orang-orang membersihkan rumah mereka, yaitu hanya disapu dan di pel saja. Pembersihan serambi masjid ini dilakukan setiap hari. Sedangkan kalau bagian dalam Masjid sendiri perawatannya hanya dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu. Perawatannya pun tidak menggunakan air karena pihak cagar budaya melarang hal itu. Alasan dilarangnya penggunaan air dikarenakan semua bahan baku Masjid ini terbuat dari kayu. Pembersihannya paling cuma menggunakan vacum cleaner atau dengan lap yang kering. Yang menjadi pengurus dari Masjid Tiban Wonokerso adalah bapak Dayan. Beliau adalah orang yang bertugas untuk menjaga dan merawat Masjid Tiban. Selain Bapak Dayan, yang sering merawat dan menjaga Masjid Tiban Wonokerso adalah Bapak Warto. Beliau adalah orang yang ditugaskan langsung oleh Dinas Cagar Budaya untuk merawat dan menjaga masjid bersejarah ini.


PENUTUP
            Masjid Tiban Wonokerso merupakan masjid yang sangat bersejarah yang sangat perlu untuk dijaga dan dilestarikan karena masjid Tiban Wonokerso memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh masjid-masjid lainnya di Wonogiri. Oleh karena itu, peran masyarakat sangat penting dalam kelestarian dari masjid Tiban Wonokerso. Selain masyarakat pemerintah juga harus turut serta dalam kelestarian dari Masjid Tiban Wonokerso seperti, memperbaiki jalan menuju ke Masjid Tiban Wonokerso. Peran masyarakat dapat dilakukan dengan menjaga kemakmuran masjid sendiri. Kalangan anak muda bisa diikutsertakan dalam kegiatan dan kepengurusan masjid Tiban Wonokerso agar di masa depan ada yang menjadi penerus yang mengelola Masjid Tiban Wonokerso.
            Sejarah dari masjid Tiban Wonokerso sangkut paut dengan sejaah peradapan islam di Indonesia karena masjid Tiban Wonokerso merupakan masjid kuno yang dibangun oleh para Walisongo. Kita sebagai umat islam pasti mengetahui tentang cerita Walisongo yang sangat berperan aktif dalam penyebaran islam di Indonesia. Dan masjid Tiban Wonokerso adalah salah satu bentuk penyebaran islam di daerah Wonogiri yang dilakukan oleh Walisongo.
            Menurut saya, Masjid Tiban Wonokerso harus lebih di publikasikan kepada masyarakat di luar Wonokerso. Informasi dari masjid Tiban Wonokerso ini masih sangat minim. Banyak masyarakat yang tinggal di Baturetno masih belum mengetahui bahwa di Wonokerso terdapat sebuah bangunan yang sangat bersejarah. Sangat disayangkan sekali apabila masyarakat tidak mengetahui hal itu semua.



LAMPIRAN





Tidak ada komentar:

Posting Komentar