Sekelumit Kisah di Pondok Pesantren Al-Muayyad
Pada tanggal 27 Februari 2018, Bapak M. Endy Saputro selaku dosen Metodologi Studi Islam memberi tugas mahasiswanya untuk live in selama 1x24 jam di Pondok Pesantren dan mengamati atau observasi kegiatan yang berkaitan dengan Islam Klasik. Satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok harus memiliki anggota maksimal 5 orang. Setelah menentukan kelompok, akhirnya saya berkelompok dengan teman-teman saya yang bernama Ardaniswari Azmi Dewi, Danum Enggar Wati, dan Hafilda Khoirunnisa.
Pada minggu pertama bulan Maret, kita diberi waktu untuk mencari Pondok Pesantren yang berada di kawasan Sukoharjo dan Sragen. Saya akhirnya bergegas untuk mencari Pondok Pesantren yang ada di Sukoharjo. Kemudian melalui beberapa teman, saya mencari mahasiswa-mahasiswa lain yang waktu kuliah ini menjadi santri di Pondok Pesantren. Akhirnya, saya bertanya kepada mahasiswi Fakultas Syariah jurusan Hukum Ekonomi Syariah(HES) untuk mencarikan temannya yang menetap di Pondok Pesantren. Setelah itu, saya diberi nomer telepon santri tersebut untuk menanyakan lebih lanjut. Santri tersebut bernama Ahmad Zaqlul Manan yang juga mahasiswa jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Ia merupakan santri di Pondok Pesantren Al-Muayyad. Setelah berkomunikasi dengannya, kita diberi nomer telepon ketua santri dari Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan yaitu Kak Fadhilah Ulfa Khoirun Maulida. Kak Ulfa merupakan Mahasiswi IAIN Surakarta jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah(PGMI) dan saat ini sudah semester 6. Saya lalu bertanya-tanya tentang Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan. Setelah saya mengetahui disana bisa digunakan untuk live in selama 1x24 jam. Maka saya segera untuk membuat surat perizinan ke bidang akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Pertama kali saya mengajukan perizinan ke bidang akademik ternyata suratnya masih ada yang salah formatnya sehingga saya harus mengulanginya kembali. Pengajuan surat yang kedua, saya mengira sudah benar formatnya, ternyata masih salah pada bagian garis di kop suratnya. Baru setelah pengajuan ketiga surat saya disetujui oleh pihak akademik.
Setelah surat perizinan tersebut ditandatangani oleh Kabag. Tata Usaha, saya segera menuju ke alamat Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan. Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan beralamat di Perum Windan No.12, RT 02/RW 08, Kartosuro, Sukoharjo. Perjalanan dari kampus menuju kesana membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Saya mengantar surat tersebut pada jam setengah dua siang. Waktu itu ternyata cuacanya kurang mendukung, sehingga pada saat perjalanan saya kehujanan dan rok serta baju saya basah kuyup. Perjalanan menuju kesana saya sempat mengalami kendala karena saya tidak mengetahui alamat tersebut. Saya kesana hanya bermodal arah dari Google Maps. Walaupun bermodal Google Maps saya sempat kebingungan dan akhirnya kesasar hingga melewati kuburan. Akhirnya saya menyerah dan memilih untuk bertanya ke warga sekitar. Beberapa menit kemudian saya tiba di depan Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan.
Lalu, saya bertanya kepada seorang Bapak mengenai maksud dan tujuan saya ke Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan dan juga bertanya kepada bapak tersebut tentang keberadaan kak Ulfa. Tetapi bapak tersebut mengatakan bahwa kak Ulfa sedang tidak ada di Pondok. Bapak tersebut akhirnya memanggilkan dua orang santri, yaitu kak Via dan kak Mia. Kemudian saya dipersilahkan masuk ke Pondok Pesantren Al-Muayyad. Begitu masuk dan duduk saya langsung berdiskusi mengenai kapan waktu yang tepat untuk mulai menginap kepada kakak santri tersebut. Akhirnya, saya memutuskan untuk mulai live in pada hari Kamis sore sampai dengan Jumat sore. Setelah keputusan tersebut, saya menitipkan surat izin live in kepada kak Via supaya diberikan kepada pengasuh pondok pesantren Al-Muayyad. Setelah menyerah surat izin tersebut, saya mengucapkan terimakasih dan berpamitan untuk pulang ke indekos.
Setelah beberapa hari kemudian tepatnya tanggal 14 Maret 2018, perwakilan dari kelompok diminta untuk bertemu langsung dengan pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan. Pertemuan tersebut membahas peraturan-peraturan pondok dan kegiatan-kegiatan yang biasanya rutin dilakukan.
Penamaan Al-Muayyad berasal dari kata "Ayyada" yang berarti menguatkan. Secara harfiah Al-Muayyad berarti sesuatu yang dikuatkan. Al-Muayyad merupakan pondok pesantren Al-Quran yang dirintis sejak tahun 1930 oleh K.H. Abdul Manan bersama K.H. Ahmad Shofawi dan Prof.K.H. Muhammad Adnan. Pondok ini menganut sistem organisasi dari Nahdlatul Ulama(NU). Pondok Pesantren Al-Muayyad sistemnya ditata ke arah sistem Madrasah pada tahun 1937 oleh K.H. Ahmad Umar Abdul Manan. Pondok pesantren ini sudah dilengkapi dengan sistem Madrasah yang lengkap.
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan berasal dari perluasan dan pengembangan dari sebuah pondok pesantren yang sangat populer di kawasan Surakarta yaitu Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan. Sebagai Pondok Pesantren Al-Quran tertua di Surakarta, Al-Muayyad terpanggil untuk menguatkan dan mengembangkan diri dengan tekad serta kearifan masa lalu untuk menjangkau kejayaan masa depan dengan konsep Tarbiyah yang utuh. Dengan mempertimbangkan pengalaman yang terekam di kota Batik tersebut, maka Pondok Pesantren Al-Muayyad memutuskan untuk memperluas dan mengembangkan ajaran serta pendalaman ilmu-ilmu agama dengan membuka cabang-cabang di sekitar kota batik tersebut. Itulah alasan mengapa Pondok Pesantren Al-Muayyad mendirikan pondok Pesantren di Windan. Pendirian Pondok Pesantren Windan dipelopori oleh K.H. Abdul Rozaq Shofawi. Pada tanggal 18 November 1994 Beliau mendapatkan informasi bahwa ada sebuah kompleks di kampung Windan, Makamhaji, Kartasura. Kompleks tersebut semula digunakan untuk penyelenggaraan asrama Universitas Muhammadiyah Surakarta(UMS). Karena asrama tersebut mengalami gulung tikar dan kemudian disita oleh sebuah Bank, maka asrama tersebut ditawarkan kepada pihak Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan. Setelah proses perundingan dan tawar menawar serta konsultasi dengan para sesepuh, akhirnya pada tanggal 23 Novemmber 1994 pihak perwakilan Ponpes Al-Muayyad resmi membeli asrama tersebut.
Setelah pembangunan dan perbaikan ulang akhirnya pada 15 Oktober 1996 asrama tersebut dipergunakan untuk kegiatan Pondok Pesantren khusus Mahasiswa. Pondok tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu pondok putri dan pondok putra. Antara santri putra dan santri putri boleh ketemu dan ngobrol. Jumlah santri saat ini ada 60 yang terdiri dari 30 santri putri yang dipimpin oleh kak Fadhilah Ulfa Khoirun Maulida dan 30 santri putra yang dipimpin kak Muhammad Fiqri Rozaq. Para santri tersebut berasal dari perguruan tinggi bermacam-macam. Ada yang kuliah di UMS, UNS, IAIN Surakarta, UNIBA, Poltekes, dan masih banyak lagi. Ketua santri tersebut diganti setiap 2 tahun sekali. Pemilihan ketua pun dilakukan dengan cara musyawarah dan voting.
Sekarang Pondok Pesantren tersebut dikelola dan diasuh oleh Drs. K.H. Muhammad Dian Nafi’, MPd. Beliau lahir di Sragen, 4 April 1964. Beliau adalah anak ketiga dari delapan bersaudara. Pendidikan perguruan tinggi yang telah ditempuh yaitu S-1 di Universitas Sebelas Maret dengan mengambil program studi Ilmu Komunikasi serta S-2 di Universitas Negeri Jakarta dengan mengambil program studi Pendidikan Sejarah. K.H. Dian Nafi’ mengajarkan kepada para santrinya tentang dasar-dasar ilmu agama islam dan membekali para santrinya untuk mengaji kitab-kitab tafsir, hadits, fiqh, ushul fiqh, akhlak, dan penunjang-penunjang lainnya yang sangat bermanfaat.
Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan memiliki sebuah yayasan pendidikan RA/TK Al-Muayyad Windan yang didirikan pada tahun 2005. RA/TK tersebut berada disebalah kiri pondok. RA/TK tersebut difasilitasi dengan taman bermain yang bersebelahan dengan Masjid pondok. Di depan TK tersebut terdapat sebuah kolam ikan kecil yang cukup terawat. Di dalam pondok tersebut juga terdapat sebuah koperasi kecil yang digunakan untuk melatih para santri untuk berwirausaha. Koperasi kecil tersebut menyediakan berbagai peralatan keseharian dan sejumlah kitab. Selain itu, Ponpes Al-Muayyad juga memiliki kebun yang digunakan untuk menanam bibit tanaman dan sayuran.
Selain ngaji Al-Quran dan Kitab, Pondok Al-Muayyad Windan juga memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Para santri diwajibkan untuk memilih salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang diminatinya. Ekstrakulikuler yang diadakan di Pondok Al-Muayyad ada tiga jenis, yaitu :
1. SSB(Santri Sahabat Bumi)
Kegiatan yang ada di dalam berhubungan dengan penanaman tumbuhan yang dikelola oleh semua santri baik putra maupun putri. Program yang digarap adalah penanaman sayuran yang nantinya berfungsi untuk memberi nilai ekonomi. Setiap hari jumat SSB ini membuat makanan untuk dijual para santri di warung terdekat atau di kampus mereka. Makanan yang biasa mereka buat yaitu keripik singkong. Program ini diketuai oleh Ibnu Nafiudin.
2. Radio
Radio yang didirikan pondok ini bernama radio GESMA. GESMA mempunyai arti Gema Suara Makmur. Frekuensi radio ini adalah 96.7 Fm. Program ini dipimpin oleh K.H. Muh. Dian Nafi’ selaku pengasuh pondok. Radio ini juga dikelola bersama dengan para santri, sehingga santri bisa belajar tentang penyiaran
3. RA/TK
Yayasan Pendidikan ini digunakan para santri untuk belajar menjadi guru dan mendidik anak-anak. Santri yang mengajar di yayasan ini adalah mereka yang memiliki waktu senggang di pagi hari atau yang tidak memiliki jadwal perkuliahan. Yayasan pendidikan ini diasuh oleh Ustadzah Murtafiah istri K. H. Dian Nafi’
Hari terus berlalu hingga akhirnya tibalah hari dimana saya mulai live in di Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan yaitu pada tanggal 15 Maret 2018. Saya mulai live in pada jam 16.00 WIB. Setelah setibanya disana saya diantarkan Kak Via menuju kamar tamu yang telah disediakan sebelumnya serta menunjukan kamar mandi yang nanti akan digunakan untuk mandi. Kamar yang saya gunakan berada tepat di depan mushola pondok. Setelah mengetahui kamar saya, saya memutuskan untuk beberes barang yang saya bawa serta membersihkan diri saya. Seusai membersihkan diri saya mulai keliling untuk berkenalan dengan para santri-santri yang sudah pulang dari kegiatan perkuliahan. Selain berkenalan saya juga bertanya-tanya tentang kegiatan-kegiatan keseharian yang dilakukan para santri. Setiap ba’da Sholat Fardhu pasti ada kegiatan yang dilakukan para santri kecuali ba’da Sholat Dzuhur. Percakapan tersebut berakhir ketika adzan maghrib sudah terdengar. Saya pun memutuskan untuk izin sholat maghrib berjamaah di mushola. Seusai sholat maghrib berjamaah, saya mengikuti kegiatan membaca Surah Yasin dan Tahlil bersama santri lainnya. Kegiatan itu berakhir hingga adzan isya’. Setelah selesai, saya langsung melaksankan sholat isya’ berjamaah. Selesai sholat berjamaah kami kembali ke kamar, dan ternyata di kamar sudah disediakan makan malam kami. Setelah ada pemberitahuan, kemudian saya mengikuti kegiatan Barzanji yang dilakukan di serambi masjid. Barzanji adalah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada. Isi Barzanji bertutur tentang kehidupan Rasulullah SAW dan kisah sifat-sifat mulia yang dimiliki Rasulullah SAW serta berbagai peristiwa yang bisa dijadikan suri tauladan. Pengarang dari kitab Barzanji adalah Syekh Ja’far al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim. Pembacaan Barzanji ini dilakukan dengan diiringi hadroh yang dimainkan oleh para santri. Lalu secara bergantian para santri membacakan Barzanji, yang pada bagian tertentu disahuti oleh para santri lainnya secara bersamaan. Setelah acara Barzanji kemudian dilanjutkan dengan sholawatan dan syair-syair Walisongo. Syair yang dilantunkan yaitu, Turi Putih, Lir-Ilir, dan Padang Rembulan. Kegiatan tersebut berakhir sekitar pukul 21.30. Pada saat itu setelah Barzanji ada rapat anggota SSB. Saya memutuskan untuk mengobrol lebih jauh dengan para pengurus organisasi dari pondok pesantren Al-Muayyad Windan. Saya waktu itu bertanya pada bagian kesantrian yang mengurusi jadwal ngaji, imam, muadzin, memasak, dan belanja. Setelah merasa mengantuk saya memutuskan untuk izin istirahat di kamar. Lalu, saya tidur sekitar pukul 22.00.
Saya bangun ketika mendengar adzan Shubuh dari mushola. Saya pun bergegas untuk mengambil wudhu dan ikut sholat shubuh berjamaah. Menurut jadwal yang ada pada saat itu di imami oleh kang Fauzan. Setelah sholat shubuh kegiatan yang dilakukan di setiap pagi hari yaitu ngaji kitab “Bulughul Maram” yang langsung diajarkan langsung oleh K.H. Dian Nafi’ sang pengasuh pondok. Ngaji kitab ini dilakukan hingga pukul tujuh pagi. Kitab Bulughul Maram merupakan kitab hadist tematik yang memuat hadist-hadist yang dijadikan rujukan serta acuan utama bagi fikih mazhab Syafi’i. Pembahasan dalam kitab ini berkaitan dengan bab Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, Haji, Umrah, dan masih banyak lagi. Akan tetapi pada saat live in di pondok pesantren tersebut kegiatan ngaji kitab tersebut tidak dilaksanakan dikarenakan sang kiai sedang memenuhi undangan kajian di tempat lain.
Selain ngaji kitab juga ada kegiatan masak memasak. Memasak ini dilakukan sebanyak dua kali, di pagi hari dan sore hari. Jadwal masak antara pagi dan sore pun berbeda. Ketika pagi hari yang memasak adalah santri putri sedangkan sore hari yang memasak adalah santri putra. Ketika pergi ke pasar saya meminta izin untuk ikut membeli belanjaan di pasar. Saat itu, yang di beli adalah sayur-sayuran seperti sawi, wortel, kubis, tomat, dan bumbu dapur lainnya. Setiap satu kali belanja ke pasar harus kurang dari 150 ribu rupiah. Belanjaan tersebut digunakan untuk masak pagi dan sore hari. Dalam satu kali masak membutuhkan beras sebanyak 4 kg. beras tersebut sudah disediakan oleh pihak pondok sendiri. Kegiatan memasak dimulai pukul 05.30 WIB dan pada sore hari pada pukul 16.00 WIB. Orang yang memasak pun dibuatkan jadwal tersendiri.
Setelah sarapan, para santri pun mulai bersiap-siap untuk melakukan rutinitas perkuliahannya dan ada yang bersiap-siap untuk melakukan kegiatan ekstrakulikuler yang diikutinya. Sampai dengan ba’da dhuzur tidak ada kegiatan yang dilakukan para santri. Waktu senggang tersebut saya pergunakan untuk istirahat di kamar. Kegiatan mulai dilakukan lagi pada saat ba’da ashar. Kegiatan setelah sholat ashar berjamaah adalah latihan/kelas rebana bersama para santri pondok.
Sekitar pukul empat sore, saya berpamitan untuk keluar sebentar untuk membeli sesuatu. Setelah mendapatkan izin saya pergi ke toko swalayan “lariz” untuk membeli sebuah bingkisan yang akan diberikan ke pihak pondok sebagai ucapan terima kasih. Setelah barang-barang telah terbeli, saya segera pergi menuju indekos teman saya untuk membungkus dan menghias bingkasan tersebut. Kemudian saya kembali ke pondok setelah sholat maghrib. Setelah tiba di pondok kembali, saya duduk di aula untuk memberikan bingkisan tersebut kepada ketua pondok. Lalu, saya meminta izin untuk pamit pulang serta mengucapkan permintaan maaf karena sudah merepotkan dengan kegiatan observasi ini. Tak lupa saya dan teman-teman berfoto terlebih dahulu sebagai kenang-kenangan .
Refleksi Hasil Observasi Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan
Pondok Pesantren Al-Muayyad tidak hanya mempelajari kitab Bulughul Maram, tetapi ada beberapa kitab lainnya yang dikaji. Kitab tersebut antara lain :
1. Manaqib
Kegiatan pembacaan kitab ini dilaksanakan setiap hari senin setalah sholat isya’. Kitab ini dipelajari bersama-sama dengan semua santri. Isi kandungan kitab manaqib itu meliputi silsilah nasab Syekh Abdul Qadir Jaelani, sejarah hidupnya, akhlak, dan karomah-karomahnya. Di samping itu tercantum juga doa-doa bersajak yang bermuatan pujian dan tawassul.
2. Ayyuhal Walad dan At-Tadzib
Kitab Ayyuhal Walad merupakan sebuah kitab kecil karangan Al-Ghazali. Kitab ini berisi nasehat-nasehat yang diberikan oleh Al-Ghazali kepada muridnya. Ayyuhal Walad berarti wahai anakku. Sedangkan kitab At-Tadzib adalah kitab fikih mazhab Syafi’i. Kitab tersebut menjelaskan secara sederhana, padat, dan jelas. Isi kandungan kitab tersebut adalah pembaharuan kitab fikih sebelumnya. Kedua kitab tersebut dipelajari setiap hari Rabu setelah sholat isya’. Kitab tersebut diajarkan oleh seorang guru yang bernama Bapak Eko Rohmadi.
3. Nahwu dan Shorof
Nahwu dan Shorof merupakan sebuah kitab bahasa arab untuk mengetahui kaidah-kaidah penulisan bahasa arab. Pembelajaran Nahwu dan Shorof dilakukan setiap hari minggu setelah sholat isya’.
Selain mengkaji kitab dan Al-Quran, Ponpes Al-Muayyad Windan memiliki kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan secara rutin . Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain :
1. Semaan Al-Quran
Dibimbing oleh bapak Nur Sidik dan dilakukan setiap hari.
2. Sholawat Nariyah
Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama ketika hari senin seusai sholat maghrib
3. Qira’ah
Dilakukan para santri setiap hari selasa setelah sholat ashar.
4. TOSE
Dibimbing oleh bapak Fauzan setiap hari selasa setelah sholat isya’.
5. Setoran Al-Quran
Dibimbing oleh para pengasuh pondok langsung. Dan disetorkan setiap hari rabu dan sabtu.
6. Kanzul ‘Arsy dan doa Akasyah
Dilakukan secara bersama-sama pada hari jumat setelah sholat isya’.
Pondok Pesantren Al-Muayyad juga memiliki kegiatan rutinan di bidang kesehatan, yaitu donor darah yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Kegiatan donor darah tersebut bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia(PMI). Setoran Al-Quran pun memiliki klasifikasi tersendiri. Apabila masih pemula maka para santri diwajibkan untuk hafalan jus ke-30. Sedangkan apabila sudah dua tahun lebih diwajibkan untuk hafalan binadhar atau hafalan sesuai dengan mahra’jul hurufnya. Selain itu para santri juga diwajibkan untuk menghafal surat-surat pilihan yang di tentukan oleh kiai pondok. Setiap hari Minggu pun diadakan kerja bakti untuk membersihkan pondok serta menanam tanaman baru hasil pembibitan.
Refleksi Pribadi sebagai Mahasiswa
Menurut saya sebagai mahasiswa yang baru pertama kali mengetahui dan merasakan kehidupan pondok, sebenarnya saya cukup kagum mengenai aktivitas yang dilakukan para santri. Mereka mampu memanajemen waktu antara kegiatan pondok yang cukup padat dengan aktivitas-aktivitas serta tugas-tugas kuliah yang menurut saya cukup banyak dan menyita waktu. Padahal saya yang bukan seorang santri pun kadangkala keteteran dengan tugas-tugas kuliah yang diberikan para dosen. Selain itu, mereka juga sangat disiplin dan menghargai waktu. Walaupun santri pondok dalam pengembangan minat dan bakat mereka tidak kalah dengan mahasiswa biasa. Mereka bahkan cenderung memiliki kreativitas dan tanggungjawab yang lebih besar.