Sabtu, 05 Mei 2018

Kimchi Korean Restaurant

Nama : Rizki Rahmwati
NIM ;175231069
Kelas : 2B_Perbankan Syariah

Kesan  Makan di Kimchi Korean Restaurant 

Tugas untuk mengunjungi sebuah restoran Asia ini menjadi tugas akhir saya sebagai pengganti Ujian Akhir Semester (UAS). Saat perkuliahan saya diperintahkan memilih salah satu kertas yang telah dibuat oleh dosen saya. setelah mengambil satu kertas tersebut saya mendapatkan bagian untuk mencoba merasakan dan mencicipi makanan di restoran kimchi. Tugas ini saya disuruh untuk menuliskan kesan dan pandangan saya selama makan di restoran yang telah saya pilih tersebut.

Sebelum pergi saya telah jauh-jauh hari mencari sebuah Restoran Kimchi yang ada di daerah Surakarta. Saya menemukan satu restoran yang berada di Jl. Veteran No.190, Kratonan, Serengan, Kota Surakarta. Saya mengetahui di mana posisi restoran tersebut pada saat saya melaksanakan tugas Dasar-Dasar Bank Syariah untuk melakukan observasi di Bank BRI Syariah. Restoran ini tepatnya berada di timur patung bunderan Tipes.

Kimchi Korean Restaurant merupakan salah satu restoran yang menyajikan beragam menu ala-ala Korea seperti Kimchi Jjigae, Kimchi Udon, Korean Fried Chicken, Jajangmyeon, Samyang Bokki, Bulgogi, Tteokbokki, dan masih banyak lagi. Selain makanan di sana juga menyajikan makanan, restoran ini juga menyajikan beberapa dessert ala Korea seperti, Patbingsu, Ice Gwangju, Dan Ice Myeong Dong. Minuman yang disediakan di restoran ini terdiri dari Spirit, Coca Cola, Chocolate Milkshake, Cappuccino Milkshake, Ice Tea, Lemon Tea, dan lain-lain. Restoran ini menyediakan makanan dengan porsi personal sampai untuk porsi rame-rame. Kimchi Korean Restaurant buka pada pukul 11:00 WIB dan tutup pada pukul 23:00 WIB.

Walaupun restoran ini menyediakan makanan-makanan Korea yang notabene makanannya kebanyakan menggunakan daging babi. Karena rata-rata makanan dan minuman korea memang menggunakan bahan yang menurut di dalam agama islam sangat mengharamkannya. Akan tetapi di Kimchi Korean Restaurant ini kehalalannya sudah terjamin sehingga saya pun tidak merasa khawatir tentang kehalalannya.
 
Saya sendiri merasa senang bisa mendapatkan tugas akhir ini seperti ini. Dengan tugas ini saya akhirnya bisa refreshing sejenak dari tugas-tugas kuliah yang sangat menumpuk. Selain itu hal lain yang membuat saya merasa sangat senang adalah saya akhirnya bisa mencicipi makanan ala-ala Korea secara langsung. Selama ini saya hanya bisa memandang dan melihat makanan-makanan tersebut dari drama-drama korea yang pernah saya tonton. Akan tetapi dalam kesenangan tersebut saya juga merasa sedikit sedih dalam hal finansial saya, karena pasalnya restoran-restoran Asia yang akan saya kunjungi memiliki daftar menu-menu yang yang lumayan mahal bagi seorang mahasiswa yang tinggal di kost seperti saya. Saya sudah berpikiran bahwa saat sekali makan di restoran tersebut akan menghabiskan uang paling sedikitnya lima puluh ribu rupiah. Padahal dengan uang lima puluh ribu tersebut dapat saya gunakan untuk makan selama lima hari. Tetapi saya tidak patah semangat. Untuk mengatasi hal finansial tersebut maka saya menabung setiap harinya.
  
Pada hari Rabu, 2 Mei 2018 pukul 11:30 WIB saya pergi ke Kimchi Korean Restaurant. Saya pergi ke Kimchi Korean Restaurant setelah mengikuti perkuliahan Akhlak dan Tasawuf. Saya pergi bersama anggota kelompok saya, yaitu Hafilda khorunnisa, dan Reny Sulistyowati. Walaupun sudah pernah melewati restoran itu sebelumnya, tetapi saya sudah sedikit lupa jalan mana yang harus dilewati. Akhirnya saya memutuskan untuk bertanya kepada beberapa orang yang ada di pinggir jalan. Saya bertanya letak Kimchi Korean Restaurant yang berada di Jalan Veteran. Kemudian bapak-bapak tersebut mengatakan bahwa saya telah salah jalan. Yang seharusnya setelah lampu merah saya belok, tetapi saya malah mengambil jalan yang lurus. Akhirnya saya pun harus putar balik ke tempat semula.

Akhirnya saya pun tiba di depan restoran kimchi yang saya maksud. Setelah tiba di restoran kimchi, saya dan kawan-kawan memutuskan untuk masuk ke dalam. Sebelum masuk ke dalam restoran tersebut saya terlebih dahulu memarkirkan motor di depan restoran tersebut. Pada saat akan masuk pun saya harus berdebat dahulu dengan kawan-kawan mengenai siapa yang pertama akan masuk. Akhirnya saya pun mengalah untuk masuk pertama ke dalam restoran. Saya cukup terkejut dengan banyaknya orang yang makan siang di restoran ini. Sebelumnya saya mengira bahwa restoran ini sangat sepi, karena restoran ini notabene merupakan restoran yang menyediakan makanan-makanan yang berasal dari Negeri Gingseng yaitu Korea Selatan. Dan biasanya rasa dari makanan yang berasal dari luar negeri kurang diminati oleh lidah masyarakat Jawa sendiri. Saya sendiri pun meragukan rasa makanan yang berada di Kimchi Korean Restaurant. Mungkin hal itu disebabkan karena masuknya budaya korea yang telah banyak mempengaruhi masyarkat di Indonesia.
 
Saya pun akhirnya memilih tempat duduk yang kosong. Setelah sesampainya di tempat duduk yang kosong, pelayan atau bahasa kerennya waiters menghampiri tempat duduk saya untuk menyerahkan daftar menu-menu yang ada di dalam Kimchi Korean Restaurant. Kemudian saya pun memilih-milih menu-menu yang akan saya pesan. Ketika saya memilih menu-menu yang ada, saya membutuhkan waktu beberapa menit untuk memilih makanan yang saya sukai. Ketika saya membuka menu-menu yang ada di daftar menu semuanya tidak menarik perhatian hati saya. Saya hanya membolak-baliknya daftar menunya saja. Setelah sekian lama memilih akhirnya saya memutuskan memanggil pelayanan untuk memesan makanan yang akan saya pesan. Sebelum memanggil pelayan, saya dan kawan-kawan sempat berdebat untuk yang kedua kalinya mengenai siapa yang akan mengacungkan tangan untuk memanggil pelayannya. Akhirnya untuk yang kedua kalinya, saya lebih memilih mengalah daripada terus terlibat perdbatan yang tidak berguna.
 
Kemudian pelayan pun menghampiri saya untuk menulis pesanan saya. Pesanan yang pertama kali saya pesan adalah Jajangmyoen. Jajangmyoen merupakan jenis mie dengan saus pasta kacang kedelai hitam. Akan tetapi ketika saya memesan makanan tersebut, pelayan mengatakan bahwa makanan tersebut belum tersedia. Saya pun sedikit kecewa akan hal tersebut. Yang saya tahu jika restoran-restoran seperti ini telah menyiapkan menu dengan lengkap dan tidak ada kata-kata yang terlontar seperti “maaf, makanan ini belum tersedia”. Karena pesanan saya belum tersedia saya pun memesan lagi yaitu Kimchi Jjigae. Kimchi jjigae adalah makanan Korea berupa sup pedas yang direbus di dalam panci bersama kimchi dan air cabai dari kimchi. Sup ini berisi sayuran sawi putih, daun bawang, tahu, dan makanan laut atau daging. Ketika memesan kimchi jenis ini pelayanan mengatakan bahwa Kimchi Jjigae ini porsinya hanya kecil sehingga pelayanan tersebut menyarankan saya untuk memakai nasi. Saya pun akhirnya berganti pesanan lagi. Hal itu dikarenakan jika saya menambah nasi maka uang yang harus saya keluarkan semakin banyak. Saya pun akhirnya memesan kimchi jenis lainnya yaitu Kimchi Udon. Ketika saya mengatakan ingin memesan Kimchi Udon, pelayan tersebut mengatakan bahwa Kimchi Udon adalah kimchi yang tingkat keasamannya tinggi. Akhirnya saya pun membatalkan pesanan tersebut. Untuk yang terakhir kalinya saya memesan Dolsot Saewoo Bap atau sering disebut dengan Bibimbap. Dolsot Saewoo Bap merupakan makanan yang terdiri dari nasi bakar dengan telur setengah matang, jamur, sayuran, irisan bawang Bombay dan udang dimana cara penyajiannya diletakkan di dalam sebuah mangkok batu yang panas. Satu porsi Dolsot Saewoo Bap dihargai sebesar Rp35.000. Setelah memesan makanan, saya pun memesan minuman. Saya cukup terkejut dengan harga minuman yang ada di daftar menu. Es teh yang biasanya seharga paling tidak Rp2.500 di sana ternyata harganya Rp8.000. Di Mall pun biasanya hanya seharga Rp4.000. Akhirnya saya pun memesan Chocolate Milkshake dengan harga Rp15.000.

Sembari menunggu pelayan menghantarkan makanan yang saya pesan, saya mengamati suasana yang ada di dalam Kimchi Korean Restaurant. Pertama kali saya melihat restoran ini dari luar nampak bangunannya tidak terlalu besar, tetapi setelah masuk ke dalam tempatnya pun tergolong luas dengan desain interior yang sangat elit dan cahaya lampu yang lumayan tidak terlalu terang. Restoran ini terdiri dari lantai satu dan lantai dua. Selain luas, fasilitas yang disediakan Kimchi Korean Restaurant sangat lengkap seperti AC, WIFI, kamar mandi, televisi yang cukup besar, sofa-sofa yang empuk, dan masih banyak lagi. Dengan semua fasilitas yang disediakan tersebut membuat para pelanggan pun nyaman untuk berkunjung dan berlama-lama di dalam Restoran ini. Selain itu, Restoran ini. Para pelayannya pun sangat ramah-ramah. Kimchi Korean Restaurant ini juga menghadirkan suasana Korea dengan memutar lagu-lagu Korea dari boyband dan girlband papan atas Korea, seperti EXO yang cukup familiar di telinga saya. Saya sendiri memang suka dengan hal-hal yang berbau k-pop dan drama korea.

Ketika saya melihat ke sekeliling restoran, ternyata kebanyakan yang mampir dan menikmati masakan korea di sini berasal dari golongan menengah ke atas. Penikmat masakan korea di sini terdiri atas pelajar atau mahasiswa, keluarga muda, dan orang-orang yang bekerja di kantor. Yang saya heran pada saat saya makan di sini ada beberapa orang siswa tingkat SMA yang sedang makan siang. Saya bertanya-tanya pada diri saya sendiri tentang berapakah jumlah uang saku mereka dalam satu harinya. Wajarlah saya berpikiran seperti itu. Karena saya sendiri yang notabene sudah menjadi seorang mahasiswa, untuk pergi dan makan-makan di restoran korea ini harus menabung terlebih dahulu. Dengan berpikiran seperti itu saya malah menjadi iri dengan mereka yang setiap saat bisa makan-makan di sebuah restoran yang cukup berkelas.   

Setelah menunggu beberapa lama, makanan dan minuman pesanan saya akhirnya diantar juga oleh pelayan. Pertama kali saya melihat wujud atau bentuk dari Dolsot Saewoo Bap ini sangat menggugah hati saya untuk segera memakannya. Karena Dolsot ini bentuk sangat menarik di mata. Yang paling menarik hati saya adalah adanya dua udang crispy yang cukup besar di atasnya.

Selain itu saya juga mendapat tiga porsi kecil side dish yaitu Kimchi, Mayonnaise Macaroni, dan  beberapa irisan kecil tahu goreng. Sebelum saya mencicipi makanan yang saya pesan. Saya terlebih dulu mencicipi ketiga side dish tersebut. Setahu saya, kimchi adalah makanan khas Korean yang berasal dari sawi putih yang telah difermentasi selama beberapa hari. Pada saat saya menonton orang-orang korea yang ada di drama-drama, kelihatnnya kimchi ini sangatlah enak. Ketika hendak memasukkan suapan pertama, aromanya terasa amat khas dan menusuk di hidung saya. Setelah mencicipinya, menurut saya rasa dari kimchi ini sangat-sangatlah tidak sesuai ekspektasi atau bayangan saya sebelumnya. Rasa dari kimchi ini sangat tidak enak di lidah saya. Rasanya sangatlah asam. Menurut saya kadar keasamannya di luar batas toleransi saya. Bagi saya, kimchi ini tidak memiliki rasa lain selain rasa asam khas fermentasi yang sangat kuat. Sebelum saya mencobanya, makanan ini terlihat enak dan menggiurkan di mulut saya, apalagi dengan warnanya merah merona. Pada saat itu rasanya saya ingin muntah setelah makan kimchi tersebut. Rasa asamnya pun tidak langsung hilang di lidah saya. sehingga saya pun langsung minum chocolate milkshake pesanan saya untuk menghilangkannya. Sejak saat itu saya memutuskan untuk tidak lagi mencicipi kimchi lagi.
Setelah mencicipi kimchi saya pun juga mencicipi irisan tahu dengan sedikit cabai. Pertama kali melihatnya pun saya terkejut kenapa di restoran korea seperti ini ada masakan Indonesianya. Menurutku rasanya sangatlah enak. Rasa dan penampilannya seperti masakan Indonesia, oseng-oseng tahu. Rasanya di lidah itu manis, gurih, tetapi tidak pedas. Setelah merasa cukup mencicipi kedua side dish tersebut, saya kemudian mencicipi mayonnaise macaroni. Rasanya cukup bersahabat dengan lidah saya. Rasanya sedikit asam, tetapi menurut saya masih di batas yang normal kadar keasamnnya tidak seperti kimchi.

Setelah selesai mencoba ketiga side dish tersebut, saya langsung mencicipi Dolsot Saewoo Bap pesanan saya. setelah makan Bibimbap rasanya kayak makan nasi, telur setengah mateng, udang dan jamur, terus dicampur campur jadi satu. Tapi setidaknya makanan ini rasanya bisa diterima "banget" untuk lidah orang Indonesia seperti saya. Bibimbap ini pertama kali rasanya sangat enak di lidah. Tetapi setelah mulai mendingin rasa tidak terlalu enak di lidah. Rasanya seperti eneg di perut saya. Mungkin karena saya sudah terlalu kekenyangan, karena satu porsi bibimbap ini menurut saya terlalu banyak untuk saya. Menurut saya satu porsi bibimbap ini bagi saya cocok untuk porsi dua orang. Akhirnya karena perut saya tidak bisa menampung lagi, bibimbap saya tidak saya habiskan. Setelah menyelesaikan semua yang saya pesan, saya pun bergegas untuk kembali lagi ke kampus.






Jumat, 23 Maret 2018

Analisis Studi Islam Klasik di PONPES Al-Muayyad Windan

Sekelumit Kisah di Pondok Pesantren Al-Muayyad

Pada tanggal 27 Februari 2018, Bapak M. Endy Saputro selaku dosen Metodologi Studi Islam memberi tugas mahasiswanya untuk live in selama 1x24 jam di Pondok Pesantren dan mengamati atau observasi kegiatan yang berkaitan dengan Islam Klasik. Satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok harus memiliki anggota maksimal 5 orang. Setelah menentukan kelompok, akhirnya saya berkelompok dengan teman-teman saya yang bernama Ardaniswari Azmi Dewi, Danum Enggar Wati, dan Hafilda Khoirunnisa.

Pada minggu pertama bulan Maret, kita diberi waktu untuk mencari Pondok Pesantren yang berada di kawasan Sukoharjo dan Sragen. Saya akhirnya bergegas untuk mencari Pondok Pesantren yang ada di Sukoharjo. Kemudian melalui beberapa teman, saya mencari mahasiswa-mahasiswa lain yang waktu kuliah ini menjadi santri di Pondok Pesantren. Akhirnya, saya bertanya kepada mahasiswi Fakultas Syariah jurusan Hukum Ekonomi Syariah(HES) untuk mencarikan temannya yang menetap di Pondok Pesantren. Setelah itu, saya diberi nomer telepon santri tersebut untuk menanyakan lebih lanjut. Santri tersebut bernama Ahmad Zaqlul Manan yang juga mahasiswa jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Ia merupakan santri di Pondok Pesantren Al-Muayyad. Setelah berkomunikasi dengannya, kita diberi nomer telepon ketua santri dari Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan yaitu Kak Fadhilah Ulfa Khoirun Maulida. Kak Ulfa merupakan Mahasiswi IAIN Surakarta jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah(PGMI) dan saat ini sudah semester 6. Saya lalu bertanya-tanya tentang Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan. Setelah saya mengetahui disana bisa digunakan untuk live in selama 1x24 jam. Maka saya segera untuk membuat surat perizinan ke bidang akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Pertama kali saya mengajukan perizinan ke bidang akademik ternyata suratnya masih ada yang salah formatnya sehingga saya harus mengulanginya kembali. Pengajuan surat yang kedua, saya mengira sudah benar formatnya, ternyata masih salah pada bagian garis di kop suratnya. Baru setelah pengajuan ketiga surat saya disetujui oleh pihak akademik.

Setelah surat perizinan tersebut ditandatangani oleh Kabag. Tata Usaha, saya segera menuju ke alamat Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan. Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan beralamat di Perum Windan No.12, RT 02/RW 08, Kartosuro, Sukoharjo. Perjalanan dari kampus menuju kesana membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Saya mengantar surat tersebut pada jam setengah dua siang. Waktu itu ternyata cuacanya kurang mendukung, sehingga pada saat perjalanan saya kehujanan dan rok serta baju saya basah kuyup. Perjalanan menuju kesana saya sempat mengalami kendala karena saya tidak mengetahui alamat tersebut. Saya kesana hanya bermodal arah dari Google Maps. Walaupun bermodal Google Maps saya sempat kebingungan dan akhirnya kesasar hingga melewati kuburan. Akhirnya saya menyerah dan memilih untuk bertanya ke warga sekitar. Beberapa menit kemudian saya tiba di depan Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan.

Lalu, saya bertanya kepada seorang Bapak mengenai maksud dan tujuan saya ke Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan dan juga bertanya kepada bapak tersebut tentang keberadaan kak Ulfa. Tetapi bapak tersebut mengatakan bahwa kak Ulfa sedang tidak ada di Pondok. Bapak tersebut akhirnya memanggilkan dua orang santri, yaitu kak Via dan kak Mia. Kemudian saya dipersilahkan masuk ke Pondok Pesantren Al-Muayyad. Begitu masuk dan duduk saya langsung berdiskusi mengenai kapan waktu yang tepat untuk mulai menginap kepada kakak santri tersebut. Akhirnya, saya memutuskan untuk mulai live in pada hari Kamis sore sampai dengan Jumat sore. Setelah keputusan tersebut, saya menitipkan surat izin live in kepada kak Via supaya diberikan kepada pengasuh pondok pesantren Al-Muayyad. Setelah menyerah surat izin tersebut, saya mengucapkan terimakasih dan berpamitan untuk pulang ke indekos.

Setelah beberapa hari kemudian tepatnya tanggal 14 Maret 2018, perwakilan dari kelompok diminta untuk bertemu langsung dengan pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan. Pertemuan tersebut membahas peraturan-peraturan pondok dan kegiatan-kegiatan yang biasanya rutin dilakukan.

Penamaan Al-Muayyad berasal dari kata "Ayyada" yang berarti menguatkan. Secara harfiah Al-Muayyad berarti sesuatu yang dikuatkan. Al-Muayyad merupakan pondok pesantren Al-Quran yang dirintis sejak tahun 1930 oleh K.H. Abdul Manan bersama K.H. Ahmad Shofawi dan Prof.K.H. Muhammad Adnan. Pondok ini menganut sistem organisasi dari Nahdlatul Ulama(NU). Pondok Pesantren Al-Muayyad sistemnya ditata ke arah sistem Madrasah pada tahun 1937 oleh K.H. Ahmad Umar Abdul Manan. Pondok pesantren ini sudah dilengkapi dengan sistem Madrasah yang lengkap.

Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan berasal dari perluasan dan pengembangan dari sebuah pondok pesantren yang sangat populer di kawasan Surakarta yaitu Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan. Sebagai Pondok Pesantren Al-Quran tertua di Surakarta, Al-Muayyad terpanggil untuk menguatkan dan mengembangkan diri dengan tekad serta kearifan masa lalu untuk menjangkau kejayaan masa depan dengan konsep Tarbiyah yang utuh. Dengan mempertimbangkan pengalaman yang terekam di kota Batik tersebut, maka Pondok Pesantren Al-Muayyad memutuskan untuk memperluas dan mengembangkan ajaran serta pendalaman ilmu-ilmu agama dengan membuka cabang-cabang di sekitar kota batik tersebut. Itulah alasan mengapa Pondok Pesantren Al-Muayyad mendirikan pondok Pesantren di Windan. Pendirian Pondok Pesantren Windan dipelopori oleh K.H. Abdul Rozaq Shofawi. Pada tanggal 18 November 1994 Beliau mendapatkan informasi bahwa ada sebuah kompleks di kampung Windan, Makamhaji, Kartasura. Kompleks tersebut semula digunakan untuk penyelenggaraan asrama Universitas Muhammadiyah Surakarta(UMS). Karena asrama tersebut mengalami gulung tikar dan kemudian disita oleh sebuah Bank, maka asrama tersebut ditawarkan kepada pihak Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan. Setelah proses perundingan dan tawar menawar serta konsultasi dengan para sesepuh, akhirnya pada tanggal 23 Novemmber 1994 pihak perwakilan Ponpes Al-Muayyad resmi membeli asrama tersebut.

Setelah pembangunan dan perbaikan ulang akhirnya pada 15 Oktober 1996 asrama tersebut dipergunakan untuk kegiatan Pondok Pesantren khusus Mahasiswa. Pondok tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu pondok putri dan pondok putra. Antara santri putra dan santri putri boleh ketemu dan ngobrol. Jumlah santri saat ini ada 60 yang terdiri dari 30 santri putri yang dipimpin oleh kak Fadhilah Ulfa Khoirun Maulida dan 30 santri putra yang dipimpin kak Muhammad Fiqri Rozaq. Para santri tersebut berasal dari perguruan tinggi bermacam-macam. Ada yang kuliah di UMS, UNS, IAIN Surakarta, UNIBA, Poltekes, dan masih banyak lagi. Ketua santri tersebut diganti setiap 2 tahun sekali. Pemilihan ketua pun dilakukan dengan cara musyawarah dan voting.

Sekarang Pondok Pesantren tersebut dikelola dan diasuh oleh Drs. K.H. Muhammad Dian Nafi’, MPd. Beliau lahir di Sragen, 4 April 1964. Beliau adalah anak ketiga dari delapan bersaudara. Pendidikan perguruan tinggi yang telah ditempuh yaitu S-1 di Universitas Sebelas Maret dengan mengambil program studi Ilmu Komunikasi serta S-2 di Universitas Negeri Jakarta dengan mengambil program studi Pendidikan Sejarah. K.H. Dian Nafi’ mengajarkan kepada para santrinya tentang dasar-dasar ilmu agama islam dan membekali para santrinya untuk mengaji kitab-kitab tafsir, hadits, fiqh, ushul fiqh, akhlak, dan penunjang-penunjang lainnya yang sangat bermanfaat.

Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan memiliki sebuah yayasan pendidikan RA/TK Al-Muayyad Windan yang didirikan pada tahun 2005. RA/TK tersebut berada disebalah kiri pondok. RA/TK tersebut difasilitasi dengan taman bermain yang bersebelahan dengan Masjid pondok. Di depan TK tersebut terdapat sebuah kolam ikan kecil yang cukup terawat. Di dalam pondok tersebut juga terdapat sebuah koperasi kecil yang digunakan untuk melatih para santri untuk berwirausaha. Koperasi kecil tersebut menyediakan berbagai peralatan keseharian dan sejumlah kitab. Selain itu, Ponpes Al-Muayyad juga memiliki kebun yang digunakan untuk menanam bibit tanaman dan sayuran.

Selain ngaji Al-Quran dan Kitab, Pondok Al-Muayyad Windan juga memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Para santri diwajibkan untuk memilih salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang diminatinya. Ekstrakulikuler yang diadakan di Pondok Al-Muayyad ada tiga jenis, yaitu :
1. SSB(Santri Sahabat Bumi)
 Kegiatan yang ada di dalam berhubungan dengan penanaman tumbuhan yang dikelola oleh semua santri baik putra maupun putri. Program yang digarap adalah penanaman sayuran yang nantinya berfungsi untuk memberi nilai ekonomi. Setiap hari jumat SSB ini membuat makanan untuk dijual para santri di warung terdekat atau di kampus mereka. Makanan yang biasa mereka buat yaitu keripik singkong. Program ini diketuai oleh Ibnu Nafiudin.
2. Radio
 Radio yang didirikan pondok ini bernama radio GESMA. GESMA mempunyai arti Gema Suara Makmur. Frekuensi radio ini adalah 96.7 Fm. Program ini dipimpin oleh K.H. Muh. Dian Nafi’ selaku pengasuh pondok. Radio ini juga dikelola bersama dengan para santri, sehingga santri bisa belajar tentang penyiaran 
3. RA/TK
 Yayasan Pendidikan ini digunakan para santri untuk belajar menjadi guru dan mendidik anak-anak. Santri yang mengajar di yayasan ini adalah mereka yang memiliki waktu senggang di pagi hari atau yang tidak memiliki jadwal perkuliahan. Yayasan pendidikan ini diasuh oleh Ustadzah Murtafiah istri K. H. Dian Nafi’

Hari terus berlalu hingga akhirnya tibalah hari dimana saya mulai live in di Pondok Pesantren Al-Muayyad cabang Windan yaitu pada tanggal 15 Maret 2018. Saya mulai live in pada jam 16.00 WIB. Setelah setibanya disana saya diantarkan Kak Via menuju kamar tamu yang telah disediakan sebelumnya serta menunjukan kamar mandi yang nanti akan digunakan untuk mandi. Kamar yang saya gunakan berada tepat di depan mushola pondok. Setelah mengetahui kamar saya, saya memutuskan untuk beberes barang yang saya bawa serta membersihkan diri saya. Seusai membersihkan diri saya mulai keliling untuk berkenalan dengan para santri-santri yang sudah pulang dari kegiatan perkuliahan. Selain berkenalan saya juga bertanya-tanya tentang kegiatan-kegiatan keseharian yang dilakukan para santri. Setiap ba’da Sholat Fardhu pasti ada kegiatan yang dilakukan para santri kecuali ba’da Sholat Dzuhur. Percakapan tersebut berakhir ketika adzan maghrib sudah terdengar. Saya pun memutuskan untuk izin sholat maghrib berjamaah di mushola. Seusai sholat maghrib berjamaah, saya mengikuti kegiatan membaca Surah Yasin dan Tahlil bersama santri lainnya. Kegiatan itu berakhir hingga adzan isya’. Setelah selesai, saya langsung melaksankan sholat isya’ berjamaah. Selesai sholat berjamaah kami kembali ke kamar, dan ternyata di kamar sudah disediakan makan malam kami. Setelah ada pemberitahuan, kemudian saya mengikuti kegiatan Barzanji yang dilakukan di serambi masjid. Barzanji adalah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada. Isi Barzanji bertutur tentang kehidupan Rasulullah SAW dan kisah sifat-sifat mulia yang dimiliki Rasulullah SAW serta berbagai peristiwa yang bisa dijadikan suri tauladan. Pengarang dari kitab Barzanji adalah Syekh Ja’far al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim. Pembacaan Barzanji ini dilakukan dengan diiringi hadroh yang dimainkan oleh para santri. Lalu secara bergantian para santri membacakan Barzanji, yang pada bagian tertentu disahuti oleh para santri lainnya secara bersamaan. Setelah acara Barzanji kemudian dilanjutkan dengan sholawatan dan syair-syair Walisongo. Syair yang dilantunkan yaitu, Turi Putih, Lir-Ilir, dan Padang Rembulan. Kegiatan tersebut berakhir sekitar pukul 21.30. Pada saat itu setelah Barzanji ada rapat anggota SSB. Saya memutuskan untuk mengobrol lebih jauh dengan para pengurus organisasi dari pondok pesantren Al-Muayyad Windan. Saya waktu itu bertanya pada bagian kesantrian yang mengurusi jadwal ngaji, imam, muadzin, memasak, dan belanja. Setelah merasa mengantuk saya memutuskan untuk izin istirahat di kamar. Lalu, saya tidur sekitar pukul 22.00.

Saya bangun ketika mendengar adzan Shubuh dari mushola. Saya pun bergegas untuk mengambil wudhu dan ikut sholat shubuh berjamaah. Menurut jadwal yang ada pada saat itu di imami oleh kang Fauzan. Setelah sholat shubuh kegiatan yang dilakukan di setiap pagi hari yaitu ngaji kitab “Bulughul Maram” yang langsung diajarkan langsung oleh K.H. Dian Nafi’ sang pengasuh pondok. Ngaji kitab ini dilakukan hingga pukul tujuh pagi. Kitab Bulughul Maram merupakan kitab hadist tematik yang memuat hadist-hadist yang dijadikan rujukan serta acuan utama bagi fikih mazhab Syafi’i. Pembahasan dalam kitab ini berkaitan dengan bab Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, Haji, Umrah, dan masih banyak lagi. Akan tetapi pada saat live in di pondok pesantren tersebut kegiatan ngaji kitab tersebut tidak dilaksanakan dikarenakan sang kiai sedang memenuhi undangan kajian di tempat lain.

Selain ngaji kitab juga ada kegiatan masak memasak. Memasak ini dilakukan sebanyak dua kali, di pagi hari dan sore hari. Jadwal masak antara pagi dan sore pun berbeda. Ketika pagi hari yang memasak adalah santri putri sedangkan sore hari yang memasak adalah santri putra. Ketika pergi ke pasar saya meminta izin untuk ikut membeli belanjaan di pasar. Saat itu, yang di beli adalah sayur-sayuran seperti sawi, wortel, kubis, tomat, dan bumbu dapur lainnya. Setiap satu kali belanja ke pasar harus kurang dari 150 ribu rupiah. Belanjaan tersebut digunakan untuk masak pagi dan sore hari. Dalam satu kali masak membutuhkan beras sebanyak 4 kg. beras tersebut sudah disediakan oleh pihak pondok sendiri. Kegiatan memasak dimulai pukul 05.30 WIB dan pada sore hari pada pukul 16.00 WIB. Orang yang memasak pun dibuatkan jadwal tersendiri.

Setelah sarapan, para santri pun mulai bersiap-siap untuk melakukan rutinitas perkuliahannya dan ada yang bersiap-siap untuk melakukan kegiatan ekstrakulikuler yang diikutinya. Sampai dengan ba’da dhuzur tidak ada kegiatan yang dilakukan para santri. Waktu senggang tersebut saya pergunakan untuk istirahat di kamar. Kegiatan mulai dilakukan lagi pada saat ba’da ashar. Kegiatan setelah sholat ashar berjamaah adalah latihan/kelas rebana bersama para santri pondok.

Sekitar pukul empat sore, saya berpamitan untuk keluar sebentar untuk membeli sesuatu. Setelah mendapatkan izin saya pergi ke toko swalayan “lariz” untuk membeli sebuah bingkisan yang akan diberikan ke pihak pondok sebagai ucapan terima kasih. Setelah barang-barang telah terbeli, saya segera pergi menuju indekos teman saya untuk membungkus dan menghias bingkasan tersebut. Kemudian saya kembali ke pondok setelah sholat maghrib. Setelah tiba di pondok kembali, saya duduk di aula untuk memberikan bingkisan tersebut kepada ketua pondok. Lalu, saya meminta izin untuk pamit pulang serta mengucapkan permintaan maaf karena sudah merepotkan dengan kegiatan observasi ini. Tak lupa saya dan teman-teman berfoto terlebih dahulu sebagai kenang-kenangan .

Refleksi Hasil Observasi Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan
Pondok Pesantren Al-Muayyad tidak hanya mempelajari kitab Bulughul Maram, tetapi ada beberapa kitab lainnya yang dikaji. Kitab tersebut antara lain :
1. Manaqib
 Kegiatan pembacaan kitab ini dilaksanakan setiap hari senin setalah sholat isya’. Kitab ini dipelajari bersama-sama dengan semua santri. Isi kandungan kitab manaqib itu meliputi silsilah nasab Syekh Abdul Qadir Jaelani, sejarah hidupnya, akhlak, dan karomah-karomahnya. Di samping itu tercantum juga doa-doa bersajak yang bermuatan pujian dan tawassul.
2. Ayyuhal Walad dan At-Tadzib
 Kitab Ayyuhal Walad merupakan sebuah kitab kecil karangan Al-Ghazali. Kitab ini berisi nasehat-nasehat yang diberikan oleh Al-Ghazali kepada muridnya. Ayyuhal Walad berarti wahai anakku. Sedangkan kitab At-Tadzib adalah kitab fikih mazhab Syafi’i. Kitab tersebut menjelaskan secara sederhana, padat, dan jelas. Isi kandungan kitab tersebut adalah pembaharuan kitab fikih sebelumnya. Kedua kitab tersebut dipelajari setiap hari Rabu setelah sholat isya’. Kitab tersebut diajarkan oleh seorang guru yang bernama Bapak Eko Rohmadi.
3. Nahwu dan Shorof
  Nahwu dan Shorof merupakan sebuah kitab bahasa arab untuk mengetahui kaidah-kaidah penulisan bahasa arab. Pembelajaran Nahwu dan Shorof dilakukan setiap hari minggu setelah sholat isya’.
Selain mengkaji kitab dan Al-Quran, Ponpes Al-Muayyad Windan memiliki kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan secara rutin . Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain :
1. Semaan Al-Quran
   Dibimbing oleh bapak Nur Sidik dan dilakukan setiap hari.
2. Sholawat Nariyah
 Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama ketika hari senin seusai sholat maghrib
3. Qira’ah
  Dilakukan para santri setiap hari selasa setelah sholat ashar.
4. TOSE
  Dibimbing oleh bapak Fauzan setiap hari selasa setelah sholat isya’.
5. Setoran Al-Quran
  Dibimbing oleh para pengasuh pondok langsung. Dan disetorkan setiap hari rabu dan sabtu.
6. Kanzul ‘Arsy dan doa Akasyah
    Dilakukan secara bersama-sama pada hari jumat setelah sholat isya’.

Pondok Pesantren Al-Muayyad juga memiliki kegiatan rutinan di bidang kesehatan, yaitu donor darah yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Kegiatan donor darah tersebut bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia(PMI). Setoran Al-Quran pun memiliki klasifikasi tersendiri. Apabila masih pemula maka para santri diwajibkan untuk hafalan jus ke-30. Sedangkan apabila sudah dua tahun lebih diwajibkan untuk hafalan binadhar atau hafalan sesuai dengan mahra’jul hurufnya. Selain itu para santri juga diwajibkan untuk menghafal surat-surat pilihan yang di tentukan oleh kiai pondok. Setiap hari Minggu pun diadakan kerja bakti untuk membersihkan pondok serta menanam tanaman baru hasil pembibitan.

Refleksi Pribadi sebagai Mahasiswa
Menurut saya sebagai mahasiswa yang baru pertama kali mengetahui dan merasakan kehidupan pondok, sebenarnya saya cukup kagum mengenai aktivitas yang dilakukan para santri. Mereka mampu memanajemen waktu antara kegiatan pondok yang cukup padat dengan aktivitas-aktivitas serta tugas-tugas kuliah yang menurut saya cukup banyak dan menyita waktu. Padahal saya yang bukan seorang santri pun kadangkala keteteran dengan tugas-tugas kuliah yang diberikan para dosen. Selain itu, mereka juga sangat disiplin dan menghargai waktu. Walaupun santri pondok dalam pengembangan minat dan bakat mereka tidak kalah dengan mahasiswa biasa. Mereka bahkan cenderung memiliki kreativitas dan tanggungjawab yang lebih besar.
  
  


Rabu, 21 Maret 2018

Essay Fenomena Swafoto di Kalangan Generasi Muda

Nama: Rizki Rahmawati
NIM  : 175231069
Kelas : 2B-Perbankan Syariah

Fenomena Swafoto di Kalangan Generasi Muda
Di zaman modern ini kemajuan teknologi semakin berkembang pesat. Hal ini mendorong masyarakat untuk mengikuti perkembangan zaman. Seiring berkembangannya zaman muncullah teknologi-teknologi baru yang hadir di masyarakat, seperti smartphone. Banyak produsen-produsen yang berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi-inovasi yang baru dalam peningkatan kualitas dan kecanggihan smartphone. Salah satu inovasi smartphone yang saat ini menjadi candu di kalangan masyarakat yaitu adanya dual camera. Munculnya dual camera ini menyebabkan fenomena baru di kalangan masyarakat baik remaja maupun dewasa yaitu swafoto atau lebih dikenal dengan selfie. Pada tahun 2013, kata selfie secara resmi tercantum dalam Oxford English Dictionary dan pada bulan November 2013, Oxford English Dictionary menobatkan kata ini sebagai Word of the Year (Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas). Akhirnya kata selfie menjadi kosa kata baru yang dipakai oleh masyarakat dunia. Selfie merupakan upaya seseorang untuk mengabadikan kegiatan atau foto mereka sendiri dan mengunggahnya di jejaring sosial mereka, seperti facebook, instagram, path, twitter, dan masih banyak lagi
Saat ini swafoto sedang menjadi tren di penjuru dunia. Swafoto mampu menarik penggemarnya dari semua golongan terutama remaja yang gemar mengunggah foto-foto mereka ke media sosial. Bagi mereka para penggemar selfie, dalam pengambilan foto/gambar tidak cukup hanya sekali saja, tetapi mereka melakukannya berkali-kali dan terus menerus yang pada akhirnya mereka hanya memilih satu atau dua foto saja. Kemudian foto yang mereka anggap bagus dan menarik perhatian yang melihatnya diunggahnya ke media sosial masing-masing. Tak jarang mereka juga suka menandai/nge-tag temen mereka sendiri. Hal ini sering dilakukan oleh remaja masa kini dengan berbagai macam maksud dan tujuan mereka masing-masing.
Euforia memperlihatkan atau membagikan apapun mengenai diri mereka ke internet inilah yang semakin membuat selfie menjadi populer dan membuatnya menjadi sebuah kebudayaan baru di kalangan generasi muda zaman sekarang "kids zaman now" . Selfie membuat generasi muda mengabaikan dan mengesampingkan segala kejadian atau peristiwa yang tengah terjadi di sekitar kita karena yang terpenting bagi mereka adalah cara mereka untuk menjadi pusat perhatian serta momen mereka tidak akan hilang dari ingatan mereka. Tetapi, dalam mengabadikan foto, mereka seringkali berlebihan hingga lupa waktu dan tempat. Generasi muda saat ini pada setiap kegiatannya, misalnya dalam berwisata, mereka lebih memilih untuk berselfie ria daripada menikmati keindahan alam. Mereka malah menikmati pemandangan lewat hasil foto mereka.
Swafoto akan memberikan dampak yang positif jika mereka mampu mengendalikan diri mereka. Swafoto bisa menjadi hiburan tersendiri bagi orang yang sedang dilanda kebosanan dan stres dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Apabila unggahan foto mereka mendapat respon yang positif dari orang lain maka dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Selain itu selfie juga bisa memberikan peluang bisnis bagi orang yang ingin berwirausaha. Contohnya usaha penjualan tongsis(tongkat narsis), fish eye, dan perentalan yi cam yang dapat digunakan untuk selfie.
Selfie  juga dapat memberikan beberapa dampak negatif bagi mereka yang tidak bisa mengendalikannya. Pertama, seseorang yang terlalu banyak mengunggah foto selfie-nya ke media sosial akan membahayakan dirinya sendiri di kehidupan nyata dan dapat berpotensi memperburuk hubungan atau membuat pengunggah foto kurang disukai. Kedua, remaja yang berlomba-lomba untuk mendapatkan spot foto yang berbeda dengan lainnya atau bisa dibilang anti mainstream, tetapi hal itu malah berakibat fatal bagi diri mereka sendiri, mulai dari kecelakaan bahkan sampai berujung pada kematian. Contohnya para remaja yang selfie di pinggir rel kereta api, karena keasikan berfoto mereka seringkali mengabaikan tanda-tanda bahwa kereta api akan lewat yang akhirnya membuat mereka berujung maut. Ketiga, selfie juga bisa menganggu kenyamanan orang lain. Hal itu dikarenakan mereka kurang memperhatikan respon yang akan mereka dapatkan dari orang lain yang melihatnya. Contohnya , setelah melakukan selfie mereka pasti akan mengunggah foto selfie mereka ke jejaring sosial media. Mereka yang sudah kecanduan selfie pasti akan mengupload foto secara terus menerus dan akhirnya akan membanjiri akun media sosial orang lain dengan foto selfie mereka. Tentu hal ini akan membuat orang lain menjadi terganggu dan merasa sebal. Keempat, terlalu banyak ber-selfie akan menimbulkan pribadi yang narsis sehingga orang akan beranggapan bahwa ia mengalami gangguan mental.
Swafoto merupakan hal yang biasa dilakukan manusia pada zaman sekarang. Tetapi akan menjadi kegiatan yang mengganggu bagi diri kita dan orang lain apabila kita tak mampu mengontrol hasrat kita untuk berselfie. Generasi muda saat ini hampir di semua tempat yang dianggap menarik, selfie. Saat makan, selfie. Sebelum berangkat sekolah, selfie. Begitu yang dilakukan setiap saat, sampai-sampai membuat memori Handphone mereka penuh dengan foto selfie. Entah berapa jumlah foto selfie yang mereka hasilkan setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena selfie kini telah menjadi hal wajib terutama untuk mereka yang terjangkit virus narsisme.
Penggunaan selfie bisa menjadi baik ataupun buruk bagi kita itu semua tergantung bagaimana dan seberapa bisa kita mengendalikan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkannya. Kita sebagai generasi muda yang smart harus bisa menggunakannya sebagai alat untuk mendokumentasikan sesuatu yang baik, sopan, dan sesuai dengan etika dan norma. Sebaiknya, kita dalam ber-selfie hanya mengambil foto-foto yang akan menjadi kenangan yang luar biasa bagi kita. Walaupun saat ini selfie/swafoto adalah hal yang lumrah tapi kita harus bisa menempatkan waktu dan tempat yang menjadi spot suatu foto. Saat ini yang kita perlukan ialah mengubah cara pandang dan berpikir kita serta menanamkan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Kita harus menyikapi dengan bijaksana dan proporsional dalam melakukan selfie.

Kamis, 22 Februari 2018

Essay terjemah sunan at thirmidzi

Nama. : Rizki Rahmawati
Kelas/Prodi : 2B/ Perbankan Syariah
NIM. : 175231069

Identitas buku :
Judul Buku : Terjamah Sunan At-Tirmidzi jilid I
Pengarang : Muhammad Isa bin Surah At-Tirmidzi
Penerjemah :
    1. Drs. H. Muh. Zuhri. Dipl.TAFL
    2. Drs. H. Muslich Shabir, MA
    3. H. Muqaffin Muchtar, LC
    4. H. Muqarrobin Misbach
Penerbit : CV. Asy Syifa'
Kota Terbit : Semarang
Tahun Terbit :1992
Ukuran : 21×15 cm
Urgensi Bersuci dalam Shalat
Bersuci merupakan salah satu syarat wajib yang dilakukan dalam beribadah kepada Allah SWT karena tanpa bersuci shalat yang kita kerjakan akan menjadi sia-sia dan tidak sah. Bersuci dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Thaharah yang secara istilah berarti menghilangkan atau membersihkan diri dari kotoran baik najis ataupun hadas. Bersuci dalam Islam haruslah menggunakan/memakai air yang suci(tidak bercampur dengan dzat lain) yang dikenal dengan Wudhu. Selain dengan air, bersuci juga dapat menggunakan media debu yang dikenal dengan Tayamum.
Bersuci tidak hanya dilakukan ketika hendak shalat melainkan bersuci dilakukan setiap seorang muslim ingin lebih dekat kepada Allah SWT. Ketika kita menghadap Allah SWT dalam keadaan suci lahir dan batin maka Allah sangat senang karena Allah sangat menyukai keindahan dan kebersihan. Sangat tidak etis jika kita akan menghadap sang pencipta dalam keadaan yang kotor dan bau sedangkan kita saja berinteraksi dan berhubungan dengan sesama manusia selalu mengedepankan aspek kebersihan. Selain itu, jika kita menjalankan shalat berjamaah dalam keadaan tidak suci maka akan menganggu jamaah yang lainnya sehingga shalat yang dikerjakan tidak khusyuk dan menjadi sia-sia.
Dengan demikian shalat tidak akan diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT jika kita tidak suci secara lahir dan batin. Keutamaan bersuci dalam shalat juga telah dijelaskan melalui hadist Rasullah SAW, yaitu :


Dari hadits diatas dapat dianalisis bahwa Rasullulah Saw telah memberitahukan kepada kaum muslimin mengenai keutamaan bersuci sebelum melaksanakan shalat. Bersuci(wudhu) disini harus meliputi membasuh telapak tangan dan sela-sela jari, berkumur, membasuh wajah, tangan hingga siku, ujung kepala, telinga, dan kaki. Selain dalam shalat, ternyata dalam sedekah pun kita harus suci juga. Yang dimaksud suci dalam bersedekah disini yakni suci secara batin, artinya menghilangkan penyakit hati kita, seperti bakhil, dengki, sombong, dan masih banyak lagi. Bersuci sebelum shalat dapat mengkoordinasikan jiwa dan pikiran seorang muslim untuk berkonsentrasi penuh dalam shalatnya. Secara sederhana wudhu merupakan bentuk pembersihan jiwa dan sebagai wujud kebersihan.
  "Kebersihan sebagian dari Iman".
Itulah sedikit kata-kata yang bisa mewakili pembahasan dalam tulisan ini. Kata-kata tersebut dipakai oleh Rasullulah dalam menggambarkan kebersihan/kesucian diri. Yang dimaksud kebersihan dalam hal ini adalah kebersihan yang mencakup semuanya

Refleksi
Jadi, dari pembahasan diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa seorang muslim yang ingin menghadap dan bersujud kepada Allah SWT hendaklah menyucikan diri secara lahur dan batin supaya Ibadah yang kita lakukan di dunia ini tidak sia-sia. Dan kebersihan itu juga termasuk kedalam bentuk ibadah kepada Allah SWT sehingga saat kita bersuci hendaklah bersuci dengan sungguh-sungguh tidak sekedar membasuh anggota tubuh. 
Kesan saya pada buku terjamah Sunan at-tirmidzi sangatlah lengkap dan detail. Dalam buku ini membahas semua hal tentang bersuci yang meliputi keutamaan, larangan, dan tatacara bersuci. Selain membahas tentang bersuci dalam buku ini juga membahas mengenai shalat dan zakat. Ternyata, buku ini sangatlah sulit dipahami kata-katanya. Dalam hal pencarian buku ini pun saya harus bersusah payah terlebih dahulu untuk mendapatkan. Saya harus naik turun tangga hingga beberapa kali. Pencarian kitab aslinya pun sangatlah susah, karena ada begitu banyak rak dan kitab yang berbeda. Dan saya juga kurang menguasai dalam hal tulisan dan bahasa arab sehingga saya sulit mencari kitab aslinya. Tapi saya tidak mudah menyerah, saya terus berusaha dan akhirnya mendapatkannya setelah beberapa jam bergelut dengan debu-debu dan usangnya kitab aslinya.

Biografi Pengarang
Sunan At-Thirmidzi merupakan seorang ulama hadits yang lahir di sebuah kota kuno di pinggir sungai Jihun yaitu Tirmiz, Uzbekistan pada 209 H. Nama lengkap Sunan At-Thirmidzi adalah Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Dahhat as-Sulami al-Bughi. Beliau dikenal dengan sebutan Abu Isa. Tetapi, sebutan tersebut tidak disetujui oleh para ulama karena mereka berpendapat bahwa Nabi Isa tidak memiliki bapak. Kakek Sunan At-Thirmidzi adalah seorang yang berkebangsaan Marwaz yang kemudian mulai menetap di Tirmiz.
Sejak usia dini, Sunan At-Thirmidzi sudah memiliki kegemaran dalam mempelajari serta mengkaji disiplin ilmu keislaman, baik fiqih maupun hadist. Dalam rangka tersebut, Sunan At-Thirmidzi memutuskan untuk mengembara ke Khurasan, Irak, dan Hijaz.
Imam At-Thirmidzi adalah figur yang cerdas, cekatan, hafalannya kuat, zuhud, teliti, dapat dipercaya, amanah, dan rendah hati. Beliau senantiasa meneteskan air mata sehingga kedua matanya memutih yang berakibat beliau mengalami kebutaan. Kebutaan tersebut terjadi saat menjelang akhir hayatnya.
Karya-karya Sunan At-Thirmidzi semasa hidupnya adalah Kitab Al-Jami', Kitab Al-'Ilal, Kitab At-Tarikh, Kitab Asy-Syama'il an Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd, Kitab Al-Asma' wal Kuna. Beliau wafat di daerah Tirmiz pada malam senin, 13 Rajab 279 H(8 Oktober 892) pada usia 70 tahun dan dimakamkan di Uzbekistan.




Minggu, 04 Februari 2018

metodologi studi islam


Nama : Rizki Rahmawati
NIM  :175231069
Kelas : 2B/Perbankan Syariah
       Identitas Buku :
Judul Buku :Metodologi studi islam
Pengarang : Dr.H.Koko Abdul Kodir,M.A
Penerbit :Pustaka Setia
Kota Terbit :Surakarta
Tahun Terbit :2014


METODOLOGI STUDI ISLAM

A. Konsep Metodologi Studi Islam
     Metodologi Studi Islam adalah salah satu cara untuk menyelidiki suatu penjelasan seputar metode studi islam. Studi Islam adalah upaya untuk mempelajari agama islam yang dirumuskan dari ajaran islam itu sendiri yang kemudian akan diterapkan dengan sejarah dan kehidupan manusia.
B. Kebutuhan Umat Muslim Terhadap Agama
     Agama adalah sebuah aturan dari Tuhan yang mendorong para kaum muslim yang berakal untuk mengikuti dan mematuhi peraturan tersebut agar tercapai kehidupan kebahagiaan dunia maupun akhirat. Semua manusia memerlukan agama karena manusia memiliki sifat asal sebagai makhluk Allah, manusia memiliki banyak kelemahan, dan dalam kehidupan nyata manusia akan menghadapi berbagai halangan dan rintangan sebagai cobaan yang diberikan Allah SWT.
C. Pendekatan untuk Memperdalam Agama
     Pendekatan yang dimaksud ialah suatu sudut pandang yang ada di semua bidang yang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan memahami agama. Pendekatan tersersebut meliputi pendekatan ilmu kalam(teologis), pendekatan antropologis, pendekatan sosiologis(struktur sosial), pendekatan psikologis, pendekatan historis(sejarah), pendekatan kebudayaan, dan pendekatan filosofis.
D. Pengertian dan Ciri Khas Ajaran Islam
     Islam adalah sebuah ajaran dari Allah SWT yang dibawa oleh rasulullah untuk pedoman dan tuntunan kaum muslim di seluruh dunia agar selamat dunia dan akhirat. Sumber-sumber yang digunakan dalam ajaran islam adalah Al-quran dan As-sunnah. Ajaran islam memiliki ciri khas tersendiri dibanding dengan ajaran-ajaran yang lainnya. Pertama, agama islam mengakui pluralisme dan universalisme sehingga agama islam bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksa, dan saling menghargai. Kedua, agama islam mewajibkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Ketiga, akidah islam bersifat murni dalam isinya maupun prosesnya dan hal tersebut tidak dapat diubah sehingga akan melahirkan pengabdian hanya kepada-Nya. Keempat, dari awal agama islam telah memerintahkan manusia untuk tidak sekedar membaca tetapi juga menelaah, mengobservasi, menganalisis, menyimpulkan, mengukur dan mendeskripsikan sehingga dapat meningkatkan kualitas diri. Kelima, islam lebih menekankan kebersihan lahir dan batin. Keenam, islam mengkehendaki suatu ketaatan yang didasarkan pada kebenaran-Nya dan islam memandang kerja sebagai ibadah kepada Allah SWT. Ketujuh, misi ajaran islam adalah sebagai Rahmatan lil ‘alamin.
E. Islam dan Agama-Agama Dunia
    Perbedaan islam dengan agama-agama dunia.Pertama, agama islam memerintahkan kaum muslim untuk mengimani dan mempercayai semua agama yang datang sebelum diturunkannya Allah SWT. Kedua, agama islam adalah agama terakhir yang melengkapi agama-agama yang telah diturunkan oleh Allah SWT. Ketiga, ajaran islam bertugas menciptakan perdamaian di dunia dan ukhuwah, dan menghimpuni segala kebenaran dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam agama sebelumnya. Kelima, ajaran islam bersifat akomodatif(dapat menyesuaikan diri) dan persuasif.
F. Metodologi Memahami Islam
     Kegunaan metodologi adalah melahirkan pemikiran dan pemahaman islam secara utuh, dan menjadi petujuk umat islam menghadapi dan menjawab semua permasalahan yang berkaitan dengan agama islam serta melakukan perbaikan internal dan eksternal. Macam-macam metodologi yang digunakan umat islam saat ini antara lain :
     1. Model Penelitian Ulumul Tafsir dan Ulumul Hadis
     2. Model Penelitian Filsafat dan Teologi(kalam)
     3. Model Penelitian Tasawuf dan Mistis Islam
     4. Model Penelitian Kajian Fiqh dan Kaidah Ushuliyah
     5. Model Penelitian berdasar Pemikiran Modern
     6. Model Penelitian Pendidikan Islam
     7. Model Penelitian Tekstual, Kontekstual, dan Metodologi Muqaranah Mazhab
G. Model Penelitian Agama
     Penelitian agama berarti menempatkan/meletakan agama sebagai objek penelitian. Antara penelitian agama dan penelitian keagamaan memiliki perbedaan pada objek penelitiannya. Objek penelitian agama adalah mengkaji/mempelajari agama sebagai ajaran, aliran politik atau keagamaan, sedangkan objek penelitian keagamaan adalah agama sebagai gejala/masalah sosial. Macam-macam bentuk penelitian adalah penelitian penelitian historis(historical research), penelitian kasus dan penelitian lapangan, penelitian korelasional(correlational research), penelitian kausal-komparatif(casual comparative research), penelitian eksperimental sungguhan, penelitian tindakan, penelitian survei, dan grounded research.
H. Dinamika Islam Kotemporer
     Modernisme pandangan terkini dan rasional tentang dunia yang ditandai dengan kemajuan IPTEK. Pemikiran Modernisme cenderung tegar bahkan kaku. Neomodernisme atau post-modernisme adalah sebuah pola yang menggabungkan antara modernisme dan tradisionalisme. Tradisionalisme menerapkan pemikiran klasik islam yang sangat berorientasi pada masa lampau dan sulit untu8k menerima gagasan baru.
 Islam liberal adalah sebuah kelompok yang memperjuangkan sekulerisme, emansipasi wanita, pluralisme teologis, dan memperjuangkan demokrasi barat. Islam Kultural adalah sebuah kelompok yang lebih menunjukan sikap inklusivitasnya, tetapi sangat mementingkan visi dan misi dari sebuah pengamalan.

Senin, 13 November 2017

narasi tentang masjid tiban wonokerso

Judul               : Masjid Kuno di Wonokerso
Nama               : Rizki Rahmawati
Kelas/Prodi     : 1 B/Perbankan Syariah
NIM                : 175231069
PENDAHULUAN
            Masjid merupakan tempat yang utama dan paling penting bagi umat islam untuk melakukan kewajiban mereka sebagai hamba Allah SWT yaitu beribadah kepada Allah SWT. Selain sebagai tempat peribadatan umat muslim, masjid juga berfungsi sebagai tempat untuk menjalin ukhuwah islamiyah, dan juga bisa sebagai tempat pendidikan. Semua hal yang bernilai positif dan menimbulkan manfaat bagi umat islam dapat dilakukan di masjid. Baik itu urusan akhirat maupun urusan duniawi seperti musyawarah kegiatan Idul Fitri atau Idul Adha’.
            Salah satu masjid di Indonesia yang memiliki keunikan bentuk dan arsitekturnya adalah masjid Tiban Wonokerso. Masjid Tiban Wonokerso adalah masjid tua peninggalan dari Walisongo. Pada saat saya melakukan wawancara dengan Bapak Dayan saya melihat bahwa Masjid Tiban Wonokerso dibangun dengan sangat sederhana. Masjid Tiban Wonokerso yang terletak di kabupaten Wonogiri ini memiliki beberapa keunikan dari bentuk maupun ukurannya, seperti bentuk keempat saka guru yang berbeda-beda. Walaupun masjid ini sangat tua tetapi sampai saat ini masih digunakan sebagai kegiatan beribadah oleh warga desa setempat. Warga desa di sekitar masjid Tiban Wonokerso masih menjaga kemakmuran masjid ini dengan menjadikannya sebagai pusat peribadatan masyarakat sekitar. Mereka saat ini masih merawat dan menjaga kebersihan masjid Tiban Wonokerso.
            Masjid Tiban Wonokerso adalah sebuah bangunan yang bersejarah bagi umat islam daerah Baturetno dan sekitarnya. Tetapi masih banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan dan sejarah dari masjid Tiban Wonokerso. Hanya orang-orang yang terdekat dengan wilayah masjid saja yang mengenalnya. Penyebab ketidaktahuan masyarakat tentang Masjid Tiban Wonokerso mungkin karena kurangnya informasi dari masjid Tiban itu sendiri.
PEMBAHASAN
A.    Pengenalan Masjid
            Masjid Tiban Wonokerso adalah salah satu masjid tertua di kabupaten Wonogiri. Masjid Tiban Wonokerso terletak di dusun Wonokerso RT 001/RW 005, desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno. Saat ini Masjid Tiban Wonokerso diperkirakan sudah berumur 700 tahun. Konon, Masjid Tiban Wonokerso ini pembuatannya lebih dahulu daripada Masjid Demak Bintoro. Walaupun begitu saat ini masjid Tiban Wonokerso sudah dilengkapi dengan fasilitas yang cukup baik. Di dalam masjid sudah dilengkapi dengan satu buah lemari yang berisi beberapa mukena dan beberapa al-quran, beberapa buah lampu sebagai penerangannya, enam buah kipas angin, satu buah mikrofon, satu buah pengeras suara, serta kamar mandi dan tempat wudhu bagi laki-laki dan perempuan. Masjid Tiban Wonokerso dipercaya sebagai pusat penyebaran islam di daerah Wonogiri dan sekitarnya.
B.     Asal-usul Nama Masjid Tiban Wonokerso
            Asal-usul dari pemberian nama Masjid Tiban Wonokerso dikarenakan warga kampung sendiri tidak mengetahui siapa yang membangun. Masjid ini, sudah ada sebelum mereka menetap atau membangun rumah di sini. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa masjid ini diberi nama Masjid Tiban (tiba-tiba ada). Sedangkan Wonokerso sendiri di ambil dari nama dusun tempat masjid ini berdiri. Tetapi, sebenarnya Masjid Tiban Wonokerso dahulu ada yang membangun. Masjid Tiban Wonokerso dibangun oleh para Walisongo.
C.    Sejarah Masjid Tiban Wonokerso
            Sejarah pendirian masjid Tiban Wonokerso berawal pada saat pembangunan Masjid Demak para Walisongo seperti Sunan Ampel, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati bermusyawarah tentang perencanaan mencari kayu jati pilihan untuk bahan baku dari Masjid Demak. Para Walisongo tersebut menghendaki kayu jati yang sangat tinggi, kuat, dan berdiameter cukup besar. Kemudian, para Walisongo tersebut menunjuk dan mempercayakan Sunan Kalijaga untuk mencari kayu jati yang dikehendaki mereka. Setelah mendapat amanah tersebut Sunan Kalijaga bersama beberapa Walisongo dan para santrinya pergi untuk mencari kayu jati pilihan tersebut ke daerah sekitar kerajaan Demak tetapi mereka tidak menemukannya lalu mereka pergi ke arah Wonogiri bagian selatan dan meninggalkan Demak. Mereka pergi ke tengah hutan untuk mencari kayu jati tersebut. Setelah sekian lama mereka mencari kayu jati pilihan, mereka tidak menemukan kayu jati yang disebutkan tersebut. Kemudian, Sunan Kalijaga yang didampingi beberapa walisongo lainnya dan para santrinya mulai putus asa dan mereka memutuskan untuk beristirahat di tengah hutan dan mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah bangunan (Masjid Tiban Wonokerso). Bangunan tersebut digunakan untuk tempat belajar dan mengajarkan agama kepada para santrinya, sebagai tempat ibadah serta tempat singgah sementara bagi mereka. Konon Masjid ini didirikan pada tahun 1479 M dan selesai pada tahun 1501 M.
            Sunan Kalijaga mulai putus asa dalam mencari kayu jati pilihan tersebut. Kemudian, Ia berdoa kepada Allah SWT agar menemukan kayu jati tersebut. Doa tersebut dikabulkan oleh Allah SWT. Sunan Kalijaga akhirnya menemukan tempat/ hutan jati yang seperti yang dimaksud Para Walisongo tersebut. Hutan kayu jati tersebut berada di Donoloyo yang dimiliki oleh Ki Ageng Donoloyo seorang bangsawan Majapahit. Lalu, masjid ini ditinggalkan begitu saja oleh Sunan Kalijaga dan beberapa Sunan lainnya. Setelah mereka menemukan hutan jati Donoloyo tersebut, mereka langsung menemui Ki Ageng Donoloyo untuk menyampaikan maksud mereka datang. Setelah mendengar maksud kedatangan Sunan Kalijaga, Ki Ageng Donoloyo pun sangat senang akhirnya pohon jati yang sengaja Ia tanam dapat bermanfaat juga. Sunan Kalijaga akhirnya diperbolehkan untuk mengambil kayu jati yang dimaksudkan itu. Hutan jati Donoloyo itu sekarang terletak di kecamatan Slogohimo.
            Masjid Tiban Wonokerso kemdian ditemukan oleh Raden Mas Said atau lebih dikenal dengan Pangeran Samber Nyawa setelah 80 tahun ditinggalkan oleh Para Walisongo. R.M. Said adalah putra dari Pangeran Mangkunegoro. Masjid Tiban Wonokerso ini ditemukan secara tidak sengaja. Waktu itu Raden Mas Said bersama prajuritnya dikejar oleh tentara Belanda dan prajurit kasunan karena Raden Mas Said melawan Belanda dengan melakukan perang gerilya dan beliau lari ke tengah hutan tempat berdirinya Masjid ini. Kemudian Raden Mas Said bersembunyi di dalam kolong Masjid Tiban yang tertutup oleh semak-semak dan pepohonan. Tetapi Raden Mas Said belum menyadari bahwa tempatnya bersembunyi terdapat sebuah bangunan. Para Tentara Belanda dan Prajurit kasunan tersebut tidak berhasil menemukan Raden Mas Said yang bersembunyi padahal mereka telah berada di dekat persembunyian Raden Mas Said. Setelah Tentara Belanda dan prajurit kasunan tidak menemukan Raden Mas Said, mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan hutan. Raden Mas Said kemudian keluar dari persembunyiannya dan beliau baru menyadari bahwa tempat Ia bersembunyi adalah kolong Masjid Tiban. Setelah Ia melihat bahwa di tengah hutan tersebut terdapat sebuah bangunan yang semua bahan bakunya terbuat dari kayu dan mirip seperti tempat ibadah umat Islam, R.M. Said melaporkan dan menceritakan bahwa Ia pernah melihat sebuah bangunan yang berada ditengah hutan dan semuanya terbuat dari kayu ke pihak Keraton Surakarta. Mendengar penuturan dari R.M. Said pihak Keraton Surakarta membenarkan tentang hal tersebut. Dari penemuan tersebut akhirnya ditindaklanjuti oleh R.M. Said dengan mengirimkan tiga orang yang dipercayainya yaitu Anjali, Karnafi, dan Tuhuwono. Utusan tersebut diberi tugas untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan Masjid Tiban Wonokerso. Selain tugas tersebut mereka juga diperintah untuk membuka hutan disekitar Masjid Tiban serta menciptakan sebuah perkampungan. Kemudian Desa tersebut diberi nama “Wonokerso”.
D.    Keunikan Masjid Tiban Wonokerso
            Masjid Tiban Wonokerso terdapat beberapa keunikan yaitu masjid ini dibangun oleh Para Walisongo. Bangunan dari masjid ini pun masih asli dan bentuknya pun mirip dengan bangunan rumah panggung. Bentuk kubahnya pun seperti mahkota raja. Bentuk atap dari masjid Tiban Wonokerso memiliki tiga tingkatan. Antara tingkat atap yang kedua dan ketiga terdapat sebuah ventilasi udara yang juga terbuat dari kayu. Keempat saka guru yang terdapat di dalam masjid pun memiliki bentuk yang berbeda-beda dan satu saka guru tersebut mewakili satu nama dari Walisongo. Pintunya pun hanya berukuran sangat kecil, apabila mau masuk harus menundukkan badannya terlebih dahulu. Masjid Tiban ini juga dibangun tanpa paku hanya menggunakan pasak kayu jati. Di dalam Masjid pun sebelum dibangun serambi masjid hanya memiliki luas yang kecil yang dilengkapi ruang imam dan satu mimbar saja. Bentuk mimbarnya pun unik terdapat ukiran-ukiran yang sangat cantik seperi hewan naga dan masyarakat percaya bahwa ukiran tersebut memiliki makna tersendiri. Masjid Tiban dipercaya sebagai maket (miniature) dari Masjid Demak Bintoro. Selain itu Allah SWT juga memberikan keistimewaan tersendiri dibanding masjid lainnya. Masyarakat disini percaya apabila ada orang yang mengalami atau tertimpa musibah kemudian Ia berdoa di dalam Masjid ini maka doa tersebut akan dikabulkan oleh Allah SWT. Keunikan lainnya itu berhubungan dengan hal yang bersifat kegaiban. Mungkin di masjid lain bangsa jin kurang tertarik untuk beribadah tetapi pada saat di dalam masjid ini Jin yang sholeh sangat tertarik untuk beribadah walaupun ukuran masjid ini tidak besar seperti masjid-masjid modern saat ini, karena masjid ini hanya berukuran 7x7 meter persegi. Yang apabila ditonton dari luar sangat kecil dan sederhana
E.     Fungsi Masjid Tiban Wonokerso
            Walaupun Masjid Tiban Wonokerso ini termasuk Masjid yang sangat kuno, tetapi aktivitas yang terdapat di dalamnya tidak kalah dengan masjid-masjid lainnya. Masjid ini masih digunakan masyarakat untuk beribadah kepada Allah. Kegiatan atau aktivitas dari Masjid Tiban Wonokerso ini sama dengan masjid-masjid lain. Kegiatan yang ada di dalam Masjid ini antara lain :
  1. Digunakan untuk sholat wajib 5 waktu
            Masyarakat menggunakan Masjid Tiban Wonokerso untuk sholat berjamaah maupun sholat sendiri. Tetapi, masjid ini biasanya digunakan untuk sholat berjamaah ketika waktu subuh, maghrib, dan isya’, ketika waktu dhuhur dan ashar jarang ada masyarkat yang sholat berjamaah di masjid ini. Mereka memilih untuk sholat di rumah masing-masing. Walaupun ada hanya kadangkala tidak rutin setiap hari. Dan orang yang berjamaah ketika dhuhur dan ashar pun hanya dari masyarakat desa yang tinggal di samping-samping masjid. Ketika sholat berjamaah subuh hanya terdiri dari satu saf saja. Tetapi ketika sholat berjamaah sholat maghrib dan isya’ lumayan ada banyak jamaah yaitu kira-kira 2 sampai 3 saf.
  1. Digunakan untuk sholat sunnah
            Masjid Tiban Wonokerso tidak hanya digunakan untuk sholat wajib saja tetapi juga digunakan untuk sholat sunah yang lainnya seperti, Sholat Tarawih, Sholat Dhuha, Sholat Idul Fitri dan Sholat Idul Adha. Ketika digunakan untuk sholat Idul Fitri dan Idul Adha jamaahnya sampai berada di luar Masjid karena luas masjid ini tidak mampu menampung para jamaah.
  1. Digunakan untuk sholat jumat
            Pada hari Jumat masjid Tiban Wonokerso ini juga digunakan untuk sholat jumat. Jumlah jamaah sholat jumat kira-kira/kurang lebih sekitar 50 an lebih. Masjid Tiban Wonokerso ini digunakan sebagai pusat ibadah sholat jumat oleh masyarakat sekitar.
  1. Digunakan untuk TPQ
            Dulu kegiatan TPQ ini bukan berada di dalam masjid ini tetapi pada bangunan yang ada di selatan masjid ini. Tetapi, warga dusun merasa hal itu kurang afdol jadi kegiatan TPQ dipindahkan ke dalam masjid Tiban saja. Kegiatan atau aktivitas TPQ itu dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam seminggu yaitu pada hari senin, rabu, dan minggu. Yang menjadi pengajar atau pembimbing kegiatan TPQ ada dua orang, tetapi kadangkala juga ada tiga orang. Kegiatan TPQ ini kurang lebih selama satu setengah jam yaitu dimulai pada jam tiga sampai dengan jam setengah lima. Bangunan yang dahulunya di gunakan untuk kegiatan TPQ sekarang sudah menjadi tempat pendidikan bagi anak usia dini atau PAUD.
  1. Digunakan untuk Yasinan
            Masjid Tiban Wonokerso setiap malam jumat digunakan sebagai tempat yasinan bersama oleh warga desa setempat.
  1. Digunakan sebagai tempat Ikhtikaf
            Setiap bulannya masjid Tiban Wonokerso ini digunakan untuk ikhtikaf oleh beberapa orang baik dari warga setempat maupun dari warga desa lainnya. Pengunjung yang ingin berikhtikaf di dalam masjid Tiban Wonokerso harus mengisi buku tamu yang di sediakan guna untuk pendataan. Pengunjung yang ingin berikhtikaf di dalam masjid Tiban Wonokerso paling banyak pada saat bulan suci ramadhan. Mereka berikhtikaf kira-kira dari seusai sholat isya sampai menjelang subuh. Tapi kadangkala ada orang yang sampai menginap di Masjid Tiban Wonokerso tapi itu sangat jarang sekali, bisa dihitung dengan jari.
  1. Digunakan sebagai wisata religi
            Masjid Tiban Wonokerso pada tahun 2001 sudah mengajukan wacana untuk menjadikan Masjid ini sebagai Cagar Budaya. Tetapi baru setelah beberapa tahun kemudian Masjid Tiban Wonokerso dijadikan sebagai Cagar Budaya.  Wisatawan atau pengujung yang datang ke sini setiap bulannya tidak terlalu banyak, hanya pada bulan Ramadhan saja yang banyak wisatawannya. Masjid ini dibuka untuk umum, karena tujuan Masjid Tiban Wonokerso di bangun oleh Walisongo untuk digunakan oleh semua orang Islam yang beriman. Jadi semua orang bisa memasuki kawasan Masjid Tiban Wonokerso dengan syarat tidak merusak/memindahkan barang-barang yang ada didalam Masjid Tiban Wonokerso. Hanya orang yang dipercayai/ditugasi oleh masyarakat sekitar untuk menjaga Masjid Tiban yang boleh memindahkan benda-benda yang ada di dalam masjid. Tetapi khusus untuk perempuan yang sedang berhalangan dilarang untuk memasuki kawasan Masjid Tiban. Wisatawan yang mengujungi Masjid ini dari segi tujuannya dibagi menjadi dua. Yang pertama, pengunjung yang hanya ingin melihat situs sejarah Masjid Tiban ini. Yang kedua, pengunjung yang benar-benar ingin beribadah kepada Allah SWT. Entah dia mau Ikhtikaf, sholat lima waktu, atau beribadah yang lainnya.
F.     Pemugaran Masjid Tiban Wonokerso
            Masjid Tiban Wonokerso pernah mengalami renovasi pada bagian atapnya dan Saka Gurunya. Sebenarnya dahulu atap dari Masjid ini terbuat dari Sirap. Kemudian lama kelamaan Sirap tersebut rusak dan diganti dengan genting. Sirap adalah jenis atap yang terbuat dari kayu yang berbahan dasar dari kayu kelapa, aren, atau kolang-kaling. Intinya dari famili kelapa. Sedangkan Saka Guru yang diganti yaitu Saka Guru yang berada di depan sebelah kanan karena Saka Guru tersebut sudah lapuk dan berlubang sehingga pihak Cagar Budaya takut kalau Saka Guru tersebut tidak lagi bisa menahan Masjid ini. Saka guru tersebut dibuat mirip dengan aslinya. Secara garis besar, keaslian dari Masjid Tiban ini dilihat dari bahan baku dan bentuk aslinya masih 80 persen. Renovasi tersebut dilakukan oleh pihak Cagar Budaya dan Purbakala bersama masyarakat sekitar pada tahun 2002 dan menghabiskan dana kurang lebih 60 juta.
G.    Pendapat Bapak Dayan tentang Masjid Tiban Wonokerso
            Menurut  penuturan dari Bapak Dayan, secara umum Masjid Tiban Wonokerso sama saja dengan masjid-masjid yang lainnya, hanya digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Sedangkan pendapat saya secara khusus, apabila seseorang bisa memandang dengan batin atau hatinya sebenarnya Masjid ini kalau dilihat lebih dalam maka Masjid Tiban Wonokerso merupakan Masjid yang paling bersinar se- Karisidenan Surakarta.
            Masjid Wonokerso memiliki dampak yang sangatlah positif karena karohmahnya dan kabulnya doa-doa Walisongo terdahulu sampai sekarang tetap saja dikabulkan oleh Allah SWT apalagi bagi orang-orang yang Shalih. Otomatis masyarakat di sini ikut menikmati doanya, paling tidak masyarakat menjadi tentram, tenang, dan damai. Masjid Tiban ini merupakan Aset yang paling berharga bagi warga dusun Wonokerso serta umat islam lainnya. Sehingga mereka memiliki kebanggaan tersendiri. Menurut pendapat dari Bapak Dayan apabila mereka tidak bangga dan peduli akan hal ini sangat disayangkan sekali. Padahal Masjid Tiban Wonokerso dibuat langsung oleh Walisongo sendiri dan ditempatkan disini, otomatis kampung ini memiliki suatu kebanggaan tersendiri dan harus merasa senang karena tidak semua daerah memiliki keistimewaan ini
H.    Perawatan Masjid Tiban Wonokerso
            Masjid Tiban Wonokerso yang hanya terdiri dari Serambi Masjid yang dibangun pada tahun 1982 dan dibangun dengan gotong royong serta satu ruang imam. Sehingga dalam hal perawatannya tidak ada cara khusus. Cara membersihkan serambi masjid yang sudah permanen sama seperti orang-orang membersihkan rumah mereka, yaitu hanya disapu dan di pel saja. Pembersihan serambi masjid ini dilakukan setiap hari. Sedangkan kalau bagian dalam Masjid sendiri perawatannya hanya dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu. Perawatannya pun tidak menggunakan air karena pihak cagar budaya melarang hal itu. Alasan dilarangnya penggunaan air dikarenakan semua bahan baku Masjid ini terbuat dari kayu. Pembersihannya paling cuma menggunakan vacum cleaner atau dengan lap yang kering. Yang menjadi pengurus dari Masjid Tiban Wonokerso adalah bapak Dayan. Beliau adalah orang yang bertugas untuk menjaga dan merawat Masjid Tiban. Selain Bapak Dayan, yang sering merawat dan menjaga Masjid Tiban Wonokerso adalah Bapak Warto. Beliau adalah orang yang ditugaskan langsung oleh Dinas Cagar Budaya untuk merawat dan menjaga masjid bersejarah ini.


PENUTUP
            Masjid Tiban Wonokerso merupakan masjid yang sangat bersejarah yang sangat perlu untuk dijaga dan dilestarikan karena masjid Tiban Wonokerso memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh masjid-masjid lainnya di Wonogiri. Oleh karena itu, peran masyarakat sangat penting dalam kelestarian dari masjid Tiban Wonokerso. Selain masyarakat pemerintah juga harus turut serta dalam kelestarian dari Masjid Tiban Wonokerso seperti, memperbaiki jalan menuju ke Masjid Tiban Wonokerso. Peran masyarakat dapat dilakukan dengan menjaga kemakmuran masjid sendiri. Kalangan anak muda bisa diikutsertakan dalam kegiatan dan kepengurusan masjid Tiban Wonokerso agar di masa depan ada yang menjadi penerus yang mengelola Masjid Tiban Wonokerso.
            Sejarah dari masjid Tiban Wonokerso sangkut paut dengan sejaah peradapan islam di Indonesia karena masjid Tiban Wonokerso merupakan masjid kuno yang dibangun oleh para Walisongo. Kita sebagai umat islam pasti mengetahui tentang cerita Walisongo yang sangat berperan aktif dalam penyebaran islam di Indonesia. Dan masjid Tiban Wonokerso adalah salah satu bentuk penyebaran islam di daerah Wonogiri yang dilakukan oleh Walisongo.
            Menurut saya, Masjid Tiban Wonokerso harus lebih di publikasikan kepada masyarakat di luar Wonokerso. Informasi dari masjid Tiban Wonokerso ini masih sangat minim. Banyak masyarakat yang tinggal di Baturetno masih belum mengetahui bahwa di Wonokerso terdapat sebuah bangunan yang sangat bersejarah. Sangat disayangkan sekali apabila masyarakat tidak mengetahui hal itu semua.



LAMPIRAN