Judul :
Masjid Kuno di Wonokerso
Nama :
Rizki Rahmawati
Kelas/Prodi :
1 B/Perbankan Syariah
NIM :
175231069
PENDAHULUAN
Masjid
merupakan tempat yang utama dan paling penting bagi umat islam untuk melakukan
kewajiban mereka sebagai hamba Allah SWT yaitu beribadah kepada Allah SWT. Selain
sebagai tempat peribadatan umat muslim, masjid juga berfungsi sebagai tempat
untuk menjalin ukhuwah islamiyah, dan juga bisa sebagai tempat pendidikan.
Semua hal yang bernilai positif dan menimbulkan manfaat bagi umat islam dapat
dilakukan di masjid. Baik itu urusan akhirat maupun urusan duniawi seperti
musyawarah kegiatan Idul Fitri atau Idul Adha’.
Salah
satu masjid di Indonesia yang memiliki keunikan bentuk dan arsitekturnya adalah
masjid Tiban Wonokerso. Masjid Tiban Wonokerso adalah masjid tua peninggalan
dari Walisongo. Pada saat saya melakukan wawancara dengan Bapak Dayan saya
melihat bahwa Masjid Tiban Wonokerso dibangun dengan sangat sederhana. Masjid
Tiban Wonokerso yang terletak di kabupaten Wonogiri ini memiliki beberapa
keunikan dari bentuk maupun ukurannya, seperti bentuk keempat saka guru yang
berbeda-beda. Walaupun masjid ini sangat tua tetapi sampai saat ini masih
digunakan sebagai kegiatan beribadah oleh warga desa setempat. Warga desa di
sekitar masjid Tiban Wonokerso masih menjaga kemakmuran masjid ini dengan
menjadikannya sebagai pusat peribadatan masyarakat sekitar. Mereka saat ini
masih merawat dan menjaga kebersihan masjid Tiban Wonokerso.
Masjid
Tiban Wonokerso adalah sebuah bangunan yang bersejarah bagi umat islam daerah
Baturetno dan sekitarnya. Tetapi masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
keberadaan dan sejarah dari masjid Tiban Wonokerso. Hanya orang-orang yang
terdekat dengan wilayah masjid saja yang mengenalnya. Penyebab ketidaktahuan
masyarakat tentang Masjid Tiban Wonokerso mungkin karena kurangnya informasi
dari masjid Tiban itu sendiri.
PEMBAHASAN
A.
Pengenalan Masjid
Masjid
Tiban Wonokerso adalah salah satu masjid tertua di kabupaten Wonogiri. Masjid Tiban
Wonokerso terletak di dusun Wonokerso RT 001/RW 005, desa Sendangrejo,
Kecamatan Baturetno. Saat ini Masjid Tiban Wonokerso diperkirakan sudah berumur
700 tahun. Konon, Masjid Tiban Wonokerso ini pembuatannya lebih dahulu daripada
Masjid Demak Bintoro. Walaupun begitu saat ini masjid Tiban Wonokerso sudah
dilengkapi dengan fasilitas yang cukup baik. Di dalam masjid sudah dilengkapi
dengan satu buah lemari yang berisi beberapa mukena dan beberapa al-quran,
beberapa buah lampu sebagai penerangannya, enam buah kipas angin, satu buah mikrofon,
satu buah pengeras suara, serta kamar mandi dan tempat wudhu bagi laki-laki dan
perempuan. Masjid Tiban Wonokerso dipercaya sebagai pusat penyebaran islam di
daerah Wonogiri dan sekitarnya.
B.
Asal-usul Nama Masjid Tiban Wonokerso
Asal-usul
dari pemberian nama Masjid Tiban Wonokerso dikarenakan warga kampung sendiri
tidak mengetahui siapa yang membangun. Masjid ini, sudah ada sebelum mereka
menetap atau membangun rumah di sini. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa
masjid ini diberi nama Masjid Tiban (tiba-tiba ada). Sedangkan Wonokerso
sendiri di ambil dari nama dusun tempat masjid ini berdiri. Tetapi, sebenarnya
Masjid Tiban Wonokerso dahulu ada yang membangun. Masjid Tiban Wonokerso
dibangun oleh para Walisongo.
C.
Sejarah Masjid Tiban Wonokerso
Sejarah
pendirian masjid Tiban Wonokerso berawal pada saat pembangunan Masjid Demak
para Walisongo seperti Sunan Ampel, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga,
Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati bermusyawarah tentang perencanaan mencari
kayu jati pilihan untuk bahan baku dari Masjid Demak. Para Walisongo tersebut
menghendaki kayu jati yang sangat tinggi, kuat, dan berdiameter cukup besar.
Kemudian, para Walisongo tersebut menunjuk dan mempercayakan Sunan Kalijaga
untuk mencari kayu jati yang dikehendaki mereka. Setelah mendapat amanah
tersebut Sunan Kalijaga bersama beberapa Walisongo dan para santrinya pergi
untuk mencari kayu jati pilihan tersebut ke daerah sekitar kerajaan Demak
tetapi mereka tidak menemukannya lalu mereka pergi ke arah Wonogiri bagian selatan
dan meninggalkan Demak. Mereka pergi ke tengah hutan untuk mencari kayu jati
tersebut. Setelah sekian lama mereka mencari kayu jati pilihan, mereka tidak
menemukan kayu jati yang disebutkan tersebut. Kemudian, Sunan Kalijaga yang
didampingi beberapa walisongo lainnya dan para santrinya mulai putus asa dan
mereka memutuskan untuk beristirahat di tengah hutan dan mereka memutuskan
untuk mendirikan sebuah bangunan (Masjid Tiban Wonokerso). Bangunan tersebut
digunakan untuk tempat belajar dan mengajarkan agama kepada para santrinya,
sebagai tempat ibadah serta tempat singgah sementara bagi mereka. Konon Masjid
ini didirikan pada tahun 1479 M dan selesai pada tahun 1501 M.
Sunan
Kalijaga mulai putus asa dalam mencari kayu jati pilihan tersebut. Kemudian, Ia
berdoa kepada Allah SWT agar menemukan kayu jati tersebut. Doa tersebut
dikabulkan oleh Allah SWT. Sunan Kalijaga akhirnya menemukan tempat/ hutan jati
yang seperti yang dimaksud Para Walisongo tersebut. Hutan kayu jati tersebut
berada di Donoloyo yang dimiliki oleh Ki Ageng Donoloyo seorang bangsawan
Majapahit. Lalu, masjid ini ditinggalkan begitu saja oleh Sunan Kalijaga dan
beberapa Sunan lainnya. Setelah mereka menemukan hutan jati Donoloyo tersebut,
mereka langsung menemui Ki Ageng Donoloyo untuk menyampaikan maksud mereka
datang. Setelah mendengar maksud kedatangan Sunan Kalijaga, Ki Ageng Donoloyo
pun sangat senang akhirnya pohon jati yang sengaja Ia tanam dapat bermanfaat
juga. Sunan Kalijaga akhirnya diperbolehkan untuk mengambil kayu jati yang dimaksudkan
itu. Hutan jati Donoloyo itu sekarang terletak di kecamatan Slogohimo.
Masjid
Tiban Wonokerso kemdian ditemukan oleh Raden Mas Said atau lebih dikenal dengan
Pangeran Samber Nyawa setelah 80 tahun ditinggalkan oleh Para Walisongo. R.M.
Said adalah putra dari Pangeran Mangkunegoro. Masjid Tiban Wonokerso ini
ditemukan secara tidak sengaja. Waktu itu Raden Mas Said bersama prajuritnya
dikejar oleh tentara Belanda dan prajurit kasunan karena Raden Mas Said melawan
Belanda dengan melakukan perang gerilya dan beliau lari ke tengah hutan tempat
berdirinya Masjid ini. Kemudian Raden Mas Said bersembunyi di dalam kolong
Masjid Tiban yang tertutup oleh semak-semak dan pepohonan. Tetapi Raden Mas
Said belum menyadari bahwa tempatnya bersembunyi terdapat sebuah bangunan. Para
Tentara Belanda dan Prajurit kasunan tersebut tidak berhasil menemukan Raden
Mas Said yang bersembunyi padahal mereka telah berada di dekat persembunyian
Raden Mas Said. Setelah Tentara Belanda dan prajurit kasunan tidak menemukan
Raden Mas Said, mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan hutan. Raden Mas
Said kemudian keluar dari persembunyiannya dan beliau baru menyadari bahwa
tempat Ia bersembunyi adalah kolong Masjid Tiban. Setelah Ia melihat bahwa di
tengah hutan tersebut terdapat sebuah bangunan yang semua bahan bakunya terbuat
dari kayu dan mirip seperti tempat ibadah umat Islam, R.M. Said melaporkan dan
menceritakan bahwa Ia pernah melihat sebuah bangunan yang berada ditengah hutan
dan semuanya terbuat dari kayu ke pihak Keraton Surakarta. Mendengar penuturan
dari R.M. Said pihak Keraton Surakarta membenarkan tentang hal tersebut. Dari
penemuan tersebut akhirnya ditindaklanjuti oleh R.M. Said dengan mengirimkan
tiga orang yang dipercayainya yaitu Anjali, Karnafi, dan Tuhuwono. Utusan
tersebut diberi tugas untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan Masjid Tiban
Wonokerso. Selain tugas tersebut mereka juga diperintah untuk membuka hutan
disekitar Masjid Tiban serta menciptakan sebuah perkampungan. Kemudian Desa
tersebut diberi nama “Wonokerso”.
D.
Keunikan Masjid Tiban Wonokerso
Masjid
Tiban Wonokerso terdapat beberapa keunikan yaitu masjid ini dibangun oleh Para
Walisongo. Bangunan dari masjid ini pun masih asli dan bentuknya pun mirip dengan
bangunan rumah panggung. Bentuk kubahnya pun seperti mahkota raja.
Bentuk atap dari masjid Tiban Wonokerso memiliki tiga tingkatan. Antara tingkat
atap yang kedua dan ketiga terdapat sebuah ventilasi udara yang juga terbuat
dari kayu. Keempat saka guru yang terdapat di dalam masjid pun memiliki bentuk
yang berbeda-beda dan satu saka guru tersebut mewakili satu nama dari
Walisongo. Pintunya pun hanya berukuran sangat kecil, apabila mau masuk harus
menundukkan badannya
terlebih dahulu. Masjid Tiban ini juga dibangun tanpa paku hanya menggunakan
pasak kayu jati. Di dalam Masjid pun sebelum dibangun serambi masjid hanya
memiliki luas yang kecil yang dilengkapi ruang imam dan satu mimbar saja.
Bentuk mimbarnya pun unik terdapat ukiran-ukiran yang sangat cantik seperi
hewan naga dan masyarakat percaya bahwa ukiran tersebut memiliki makna tersendiri.
Masjid Tiban dipercaya sebagai maket (miniature) dari Masjid Demak Bintoro.
Selain itu Allah SWT juga memberikan keistimewaan tersendiri dibanding masjid lainnya.
Masyarakat disini percaya apabila ada orang yang mengalami atau tertimpa
musibah kemudian Ia berdoa di dalam Masjid ini maka doa tersebut akan
dikabulkan oleh Allah SWT. Keunikan lainnya itu berhubungan dengan hal yang
bersifat kegaiban. Mungkin di masjid lain bangsa jin kurang tertarik untuk
beribadah tetapi pada saat di dalam masjid ini Jin yang sholeh sangat tertarik
untuk beribadah walaupun ukuran masjid ini tidak besar seperti masjid-masjid
modern saat ini, karena masjid ini hanya berukuran 7x7 meter persegi. Yang
apabila ditonton dari luar sangat kecil dan sederhana
E.
Fungsi Masjid Tiban Wonokerso
Walaupun
Masjid Tiban Wonokerso ini termasuk Masjid yang sangat kuno, tetapi aktivitas
yang terdapat di dalamnya tidak kalah dengan masjid-masjid lainnya. Masjid ini
masih digunakan masyarakat untuk beribadah kepada Allah. Kegiatan atau
aktivitas dari Masjid Tiban Wonokerso ini sama dengan masjid-masjid lain.
Kegiatan yang ada di dalam Masjid ini antara lain :
- Digunakan untuk sholat wajib 5 waktu
Masyarakat menggunakan Masjid Tiban Wonokerso untuk
sholat berjamaah maupun sholat sendiri. Tetapi, masjid ini biasanya digunakan
untuk sholat berjamaah ketika waktu subuh, maghrib, dan isya’, ketika waktu
dhuhur dan ashar jarang ada masyarkat yang sholat berjamaah di masjid ini.
Mereka memilih untuk sholat di rumah masing-masing. Walaupun ada hanya
kadangkala tidak rutin setiap hari. Dan orang yang berjamaah ketika dhuhur dan
ashar pun hanya dari masyarakat desa yang tinggal di samping-samping masjid.
Ketika sholat berjamaah subuh hanya terdiri dari satu saf saja. Tetapi ketika
sholat berjamaah sholat maghrib dan isya’ lumayan ada banyak jamaah yaitu kira-kira 2 sampai 3 saf.
- Digunakan untuk sholat sunnah
Masjid Tiban Wonokerso tidak hanya digunakan untuk sholat
wajib saja tetapi juga digunakan untuk sholat sunah yang lainnya seperti, Sholat
Tarawih, Sholat Dhuha, Sholat Idul Fitri dan Sholat Idul Adha. Ketika digunakan
untuk sholat Idul Fitri dan Idul Adha jamaahnya sampai berada di luar Masjid
karena luas masjid ini tidak mampu menampung para jamaah.
- Digunakan untuk sholat jumat
Pada hari Jumat masjid Tiban Wonokerso ini juga digunakan
untuk sholat jumat. Jumlah jamaah sholat jumat kira-kira/kurang lebih sekitar
50 an lebih. Masjid Tiban Wonokerso ini digunakan sebagai pusat ibadah sholat
jumat oleh masyarakat sekitar.
- Digunakan untuk TPQ
Dulu kegiatan TPQ ini bukan berada di dalam masjid ini
tetapi pada bangunan yang ada di selatan masjid ini. Tetapi, warga dusun merasa
hal itu kurang afdol jadi kegiatan TPQ dipindahkan ke dalam masjid Tiban saja.
Kegiatan atau aktivitas TPQ itu dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam seminggu
yaitu pada hari senin, rabu, dan minggu. Yang menjadi pengajar atau pembimbing
kegiatan TPQ ada dua orang, tetapi kadangkala juga ada tiga orang. Kegiatan TPQ
ini kurang lebih selama satu setengah jam yaitu dimulai pada jam tiga sampai
dengan jam setengah lima. Bangunan yang dahulunya di gunakan
untuk kegiatan TPQ sekarang sudah menjadi tempat pendidikan bagi anak usia dini
atau PAUD.
- Digunakan untuk Yasinan
Masjid Tiban Wonokerso setiap malam jumat digunakan
sebagai tempat yasinan bersama oleh warga desa setempat.
- Digunakan sebagai tempat Ikhtikaf
Setiap bulannya
masjid Tiban Wonokerso ini digunakan untuk ikhtikaf oleh beberapa orang baik
dari warga setempat maupun dari warga desa lainnya. Pengunjung yang ingin
berikhtikaf di dalam masjid Tiban Wonokerso harus mengisi buku tamu yang di
sediakan guna untuk pendataan. Pengunjung yang ingin berikhtikaf di dalam
masjid Tiban Wonokerso paling banyak pada saat bulan suci ramadhan. Mereka
berikhtikaf kira-kira dari seusai sholat isya sampai menjelang subuh. Tapi
kadangkala ada orang yang sampai menginap di Masjid Tiban Wonokerso tapi itu
sangat jarang sekali, bisa dihitung dengan jari.
- Digunakan sebagai wisata religi
Masjid
Tiban Wonokerso pada tahun
2001 sudah mengajukan wacana untuk menjadikan Masjid ini sebagai Cagar
Budaya. Tetapi baru setelah beberapa tahun kemudian Masjid Tiban Wonokerso
dijadikan sebagai Cagar
Budaya. Wisatawan atau pengujung yang datang ke sini setiap
bulannya tidak terlalu banyak, hanya pada bulan Ramadhan saja yang banyak
wisatawannya. Masjid ini dibuka untuk umum, karena tujuan Masjid Tiban
Wonokerso di bangun oleh
Walisongo untuk digunakan oleh semua orang Islam yang beriman. Jadi semua orang
bisa memasuki kawasan Masjid Tiban Wonokerso dengan syarat tidak
merusak/memindahkan barang-barang yang ada didalam Masjid Tiban
Wonokerso. Hanya orang yang dipercayai/ditugasi oleh masyarakat sekitar untuk
menjaga Masjid Tiban yang boleh memindahkan benda-benda yang ada di dalam masjid.
Tetapi khusus untuk
perempuan yang sedang berhalangan dilarang untuk memasuki kawasan Masjid Tiban.
Wisatawan yang mengujungi Masjid ini dari segi tujuannya dibagi menjadi dua.
Yang pertama, pengunjung yang hanya ingin melihat situs sejarah Masjid Tiban
ini. Yang kedua, pengunjung yang benar-benar ingin beribadah kepada Allah SWT.
Entah dia mau Ikhtikaf, sholat lima waktu, atau beribadah yang lainnya.
F.
Pemugaran Masjid Tiban Wonokerso
Masjid
Tiban
Wonokerso pernah mengalami
renovasi pada bagian atapnya dan Saka Gurunya. Sebenarnya dahulu atap dari
Masjid ini terbuat dari Sirap. Kemudian lama kelamaan Sirap tersebut rusak dan
diganti dengan genting. Sirap adalah jenis atap yang terbuat dari kayu yang berbahan dasar
dari kayu kelapa, aren, atau kolang-kaling. Intinya dari famili kelapa.
Sedangkan Saka Guru yang diganti yaitu Saka Guru yang berada di depan sebelah
kanan karena Saka Guru tersebut sudah lapuk dan berlubang sehingga pihak Cagar
Budaya takut kalau Saka Guru tersebut tidak lagi bisa menahan Masjid ini. Saka
guru tersebut dibuat mirip dengan aslinya. Secara garis besar, keaslian dari Masjid Tiban ini dilihat
dari bahan baku dan bentuk aslinya masih 80 persen. Renovasi tersebut dilakukan
oleh pihak Cagar Budaya dan Purbakala bersama masyarakat sekitar pada tahun
2002 dan menghabiskan dana kurang lebih 60 juta.
G.
Pendapat Bapak Dayan tentang Masjid Tiban Wonokerso
Menurut penuturan dari Bapak Dayan, secara umum Masjid Tiban Wonokerso sama saja dengan masjid-masjid yang lainnya, hanya digunakan untuk beribadah
kepada Allah SWT. Sedangkan pendapat saya secara khusus, apabila seseorang bisa
memandang dengan batin atau hatinya sebenarnya Masjid ini kalau dilihat lebih
dalam maka Masjid Tiban Wonokerso merupakan Masjid yang paling bersinar se-
Karisidenan Surakarta.
Masjid Wonokerso memiliki dampak
yang sangatlah positif karena karohmahnya dan kabulnya doa-doa Walisongo
terdahulu sampai sekarang tetap saja dikabulkan oleh Allah SWT apalagi bagi
orang-orang yang Shalih. Otomatis
masyarakat di sini ikut menikmati doanya, paling tidak masyarakat menjadi
tentram, tenang, dan damai. Masjid Tiban ini merupakan Aset yang paling
berharga bagi warga dusun Wonokerso serta umat islam lainnya.
Sehingga mereka memiliki kebanggaan
tersendiri. Menurut pendapat dari Bapak Dayan apabila mereka tidak bangga dan peduli akan hal ini sangat disayangkan sekali.
Padahal Masjid Tiban Wonokerso dibuat langsung oleh Walisongo sendiri dan
ditempatkan disini, otomatis kampung ini memiliki suatu kebanggaan tersendiri dan harus
merasa senang karena tidak semua daerah memiliki keistimewaan ini
H. Perawatan Masjid
Tiban Wonokerso
Masjid
Tiban Wonokerso yang hanya terdiri dari Serambi Masjid yang dibangun pada tahun
1982 dan dibangun dengan gotong royong serta satu ruang imam. Sehingga dalam hal
perawatannya tidak ada cara khusus. Cara membersihkan serambi masjid yang sudah permanen sama seperti orang-orang membersihkan rumah mereka,
yaitu hanya disapu dan di pel saja. Pembersihan serambi masjid ini dilakukan
setiap hari. Sedangkan kalau bagian dalam Masjid sendiri perawatannya hanya
dilakukan sebanyak
dua kali dalam seminggu. Perawatannya pun tidak menggunakan air karena pihak
cagar budaya melarang hal itu. Alasan dilarangnya penggunaan air dikarenakan
semua bahan baku Masjid ini terbuat dari kayu. Pembersihannya paling cuma
menggunakan vacum cleaner atau dengan lap yang kering.
Yang menjadi pengurus dari Masjid Tiban Wonokerso adalah bapak Dayan. Beliau adalah orang yang bertugas
untuk menjaga dan merawat Masjid Tiban. Selain Bapak Dayan, yang sering merawat
dan menjaga Masjid Tiban Wonokerso adalah Bapak Warto. Beliau adalah orang yang ditugaskan langsung
oleh Dinas Cagar Budaya untuk merawat dan menjaga masjid bersejarah ini.
PENUTUP
Masjid
Tiban Wonokerso merupakan masjid yang sangat bersejarah yang sangat perlu untuk
dijaga dan dilestarikan karena masjid Tiban Wonokerso memiliki keistimewaan
yang tidak dimiliki oleh masjid-masjid lainnya di Wonogiri. Oleh karena itu,
peran masyarakat sangat penting dalam kelestarian dari masjid Tiban Wonokerso.
Selain masyarakat pemerintah juga harus turut serta dalam kelestarian dari
Masjid Tiban Wonokerso seperti, memperbaiki jalan menuju ke Masjid Tiban
Wonokerso. Peran masyarakat dapat dilakukan dengan menjaga kemakmuran masjid
sendiri. Kalangan anak muda bisa diikutsertakan dalam kegiatan dan kepengurusan
masjid Tiban Wonokerso agar di masa depan ada yang menjadi penerus yang
mengelola Masjid Tiban Wonokerso.
Sejarah
dari masjid Tiban Wonokerso sangkut paut dengan sejaah peradapan islam di
Indonesia karena masjid Tiban Wonokerso merupakan masjid kuno yang dibangun
oleh para Walisongo. Kita sebagai umat islam pasti mengetahui tentang cerita
Walisongo yang sangat berperan aktif dalam penyebaran islam di Indonesia. Dan
masjid Tiban Wonokerso adalah salah satu bentuk penyebaran islam di daerah
Wonogiri yang dilakukan oleh Walisongo.
Menurut
saya, Masjid Tiban Wonokerso harus lebih di publikasikan kepada masyarakat di
luar Wonokerso. Informasi dari masjid Tiban Wonokerso ini masih sangat minim.
Banyak masyarakat yang tinggal di Baturetno masih belum mengetahui bahwa di
Wonokerso terdapat sebuah bangunan yang sangat bersejarah. Sangat disayangkan
sekali apabila masyarakat tidak mengetahui hal itu semua.
LAMPIRAN